Siapa yang tak kenal Amigdala? Band indie yang satu ini memang sedang naik daun, terutama di kalangan pengguna TikTok. Lagu-lagu mereka yang melankolis dan liriknya yang puitis seringkali dijadikan sound andalan untuk berbagai konten. Salah satu yang paling populer adalah "Di Ambang Karam". Tapi, tahukah kamu makna mendalam di balik lagu yang sering mengiringi video-video galau itu?
"Jangan mau ‘tuk mengalir, sebab nanti kau akan terbawa arus. Jangan mau ‘tuk berjalan, sebab nanti kau akan hilang arah. Kau tahu itu, kau telah hilang arah, lalu hanyut dan hilang."
Potongan lirik tersebut menggambarkan inti dari lagu ini: sebuah hubungan yang dijalani tanpa tujuan yang jelas, alias "mengalir" begitu saja. Alih-alih membawa kebahagiaan, hubungan semacam ini justru berpotensi "karam" atau hancur berkeping-keping.
Also Read
Lebih dari Sekadar ‘Mengalir’: Memahami Bahaya Relasi Tanpa Kompas
Lirik "Jangan mau ‘tuk mengalir" seolah menjadi pengingat bagi kita semua. Konsep "mengalir" yang sering didengungkan dalam hubungan, ternyata tak selalu menjamin keharmonisan. Justru, ketika kita membiarkan hubungan berjalan tanpa arah, tanpa adanya komitmen dan tujuan yang disepakati bersama, kita berisiko terjebak dalam ketidakpastian. Ibarat kapal tanpa nahkoda, hubungan yang "mengalir" akhirnya akan mudah terombang-ambing oleh ombak permasalahan.
Hilang Arah, Lalu Hanyut: Sebuah Proses yang Menyedihkan
Lirik "Kau tahu itu, kau telah hilang arah, lalu hanyut dan hilang" menyoroti sebuah proses yang menyakitkan. Di awal, mungkin kita merasa nyaman dengan ketidakjelasan ini. Namun, perlahan kita akan menyadari bahwa kita sudah "hilang arah". Ketika tidak ada kompas yang menuntun, kita akan dengan mudah terhanyut dalam drama dan konflik yang tidak berkesudahan. Dan pada akhirnya, kita akan "hilang". Kehilangan hubungan, kehilangan diri kita sendiri dalam hubungan tersebut.
Refleksi Diri: Apa yang Bisa Dipetik?
"Di Ambang Karam" bukan sekadar lagu galau biasa. Lagu ini mengajak kita untuk merefleksikan kembali makna dari sebuah hubungan. Apakah kita sudah memiliki tujuan yang jelas dalam menjalin relasi? Apakah kita sudah berani mengomunikasikan harapan dan ekspektasi kita kepada pasangan? Jangan sampai kita baru menyadari bahwa kita sudah "hilang arah" ketika semuanya sudah terlambat.
Amigdala melalui lagu ini, secara tidak langsung mengingatkan bahwa hubungan yang sehat membutuhkan komitmen, komunikasi yang terbuka, dan tujuan yang jelas. Jangan biarkan hubungan kita "mengalir" begitu saja tanpa kendali. Jadikan lagu "Di Ambang Karam" sebagai pengingat untuk lebih bijak dalam memaknai dan menjaga hubungan yang kita miliki.