Pernahkah kamu merasa terhimpit antara keinginan untuk menangis dan tuntutan untuk tetap kuat? Lagu "Namun Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis" yang dibawakan Feby Putri bersama Fiersa Besari seolah menjadi representasi perasaan yang sering kali kita pendam. Lebih dari sekadar lirik melankolis, lagu ini menawarkan ruang bagi kita untuk merenungkan realita bahwa menjadi manusia adalah tentang menerima kerentanan.
Lagu ini bukan sekadar curahan hati tentang kesedihan. Ia adalah sebuah narasi tentang pergulatan batin, di mana kita dituntut untuk terus tersenyum dan bersikap tegar, meskipun hati sedang merintih. Bait demi bait liriknya, seperti "ketika mereka meminta tawa, ternyata rela tak semudah kata," menyiratkan sebuah ironi. Kita sering kali memaksakan diri untuk tampil baik-baik saja demi orang lain, melupakan bahwa kita pun punya hak untuk merasa sedih.
Fenomena menahan tangis ini bukanlah hal yang asing di masyarakat kita. Budaya patriarki, misalnya, seringkali menuntut laki-laki untuk tidak cengeng. Sementara, perempuan pun sering merasa tidak boleh terlalu emosional. Hal ini membuat banyak orang belajar untuk memendam emosi, yang pada akhirnya bisa berdampak negatif pada kesehatan mental.
Also Read
"Namun Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis," seolah menjadi sebuah penawar. Lagu ini memberikan izin bagi kita untuk mengakui bahwa kita terluka, bahwa kita tidak selalu harus kuat. Ia memvalidasi perasaan kita, dan memberikan ruang untuk mengekspresikan kesedihan tanpa rasa bersalah. Liriknya yang sederhana, diiringi melodi yang sendu, menciptakan atmosfer yang mampu menyentuh relung hati terdalam.
Bukan hanya soal lirik, aransemen lagu ini juga mendukung pesan yang ingin disampaikan. Kombinasi vokal Feby yang lembut dengan suara khas Fiersa, memberikan sentuhan melankolis yang pas. Chord-chord gitarnya yang sederhana (C Am G F) juga membuat lagu ini mudah diakses, bahkan bagi pemula. Siapapun bisa ikut bernyanyi, ikut merasakan, dan ikut merenungkan makna dari setiap baitnya.
Lebih dari sekadar lagu, "Namun Bolehkah Sekali Saja Ku Menangis" dapat menjadi pengingat bahwa kita semua punya hak untuk merasa sedih. Menangis bukanlah tanda kelemahan, melainkan bentuk validasi dari emosi yang kita rasakan. Mengizinkan diri untuk menangis adalah bagian dari proses penyembuhan. Ia adalah bentuk penerimaan diri yang otentik. Jadi, jika kamu merasa perlu menangis, jangan tahan. Izinkan air mata itu jatuh, dan biarkan ia membersihkan luka di hatimu. Setelah itu, kamu bisa kembali berdiri, lebih kuat dan lebih memahami diri sendiri.