Panggilan untuk orang tua, seperti ‘mama’, ‘ibu’, ‘ayah’, atau ‘bapak’, adalah hal yang lazim kita dengar sehari-hari. Namun, tahukah kamu bahwa dalam Islam, ada adab dan cara khusus dalam memanggil orang tua? Lebih dari sekadar tradisi, panggilan ini mencerminkan penghormatan dan kasih sayang.
Evolusi Panggilan: Dari ‘Ibuk’ Hingga ‘Daddy’
Zaman terus berubah, begitu pula cara kita memanggil orang tua. Generasi 90-an mungkin lebih akrab dengan panggilan ‘ibuk’ atau ‘bapak’. Namun, seiring perkembangan teknologi dan budaya, panggilan ‘mama’ dan ‘papa’ semakin populer, terutama di kalangan keluarga muda. Bahkan, panggilan ‘daddy’, yang terkesan kebarat-baratan, juga mulai sering terdengar, tak jarang dipopulerkan oleh sinetron televisi.
Menariknya, gerakan islamisasi juga turut memengaruhi cara kita memanggil orang tua. Panggilan seperti ‘akhi’ dan ‘ukhti’ yang sering digunakan dalam kajian agama, mulai menggantikan panggilan yang lebih umum. Hal ini juga memicu kemungkinan munculnya panggilan ‘al aba’ wal ummahat’ yang terinspirasi dari bahasa Arab.
Also Read
Panggilan Khusus: ‘Abi’ dan ‘Umi’
Panggilan ‘abi’ dan ‘umi’ atau ‘abah’ dan ‘ummah’, seringkali diasosiasikan dengan keluarga yang sudah menunaikan ibadah haji, memiliki keturunan Arab, atau berasal dari lingkungan pesantren. Padahal, esensi panggilan ini adalah bentuk penghormatan yang tulus dan tidak seharusnya dibatasi oleh status sosial atau latar belakang keluarga. Panggilan ‘ami’ dan ‘ama’ juga termasuk variasi lain yang memiliki makna serupa.
Bukan Sekadar Obrolan: ‘Bokap’, ‘Nyokap’, dan Sejenisnya
Ada juga panggilan yang lebih kasual, seperti ‘bokap’ dan ‘nyokap’, atau ‘ebes’ dan ‘memes’, yang umumnya digunakan dalam obrolan santai antar teman. Panggilan ini sering kita temui dalam percakapan sehari-hari, namun tidak lazim digunakan sebagai panggilan langsung kepada orang tua. Misalnya, kita mungkin mendengar kalimat "Nyokap gue lagi di luar kota", tapi jarang sekali ada yang memanggil ibunya dengan ‘Nyokap’.
Status Sosial dan Panggilan Orang Tua: Benarkah Ada Batasan?
Muncul anggapan bahwa hanya keluarga kaya yang menggunakan panggilan ‘mama-papa’ atau ‘mami-papi’, atau bahwa panggilan ‘abi’ dan ‘umi’ hanya untuk keluarga berhaji atau keturunan tertentu. Anggapan ini menciptakan semacam ‘kasta’ dalam penggunaan panggilan orang tua, dan bahkan membuat sebagian orang merasa malu atau tidak pantas menggunakan panggilan tertentu.
Padahal, esensi dari panggilan orang tua adalah penghormatan dan kasih sayang. Tidak ada batasan yang kaku mengenai panggilan yang paling tepat. Justru, yang paling penting adalah niat tulus dan adab yang baik saat memanggil orang tua.
Pentingnya Adab dalam Memanggil Orang Tua
Dalam Islam, memanggil orang tua bukan sekadar soal sebutan. Lebih dari itu, ada adab yang harus diperhatikan. Suara harus lembut, penuh hormat, dan tidak boleh meninggi. Panggilan tersebut juga harus mencerminkan ketulusan dan kasih sayang. Panggilan ‘abi’ dan ‘umi’ dalam konteks ini, menjadi simbol yang sangat kuat. Namun, bukan berarti panggilan lain yang umum digunakan menjadi tidak baik.
Penting untuk diingat bahwa setiap keluarga memiliki preferensi dan budaya masing-masing. Yang terpenting adalah bagaimana kita mempraktikkan adab dan menghormati orang tua dalam segala hal. Memahami esensi dari panggilan orang tua, adalah kunci dari hubungan yang harmonis dan penuh berkah.