Ramadan, bulan penuh berkah, menuntut umat Muslim untuk menahan diri dari segala godaan, termasuk urusan hati. Pertanyaan pun muncul, bagaimana hukum berpelukan dengan pacar saat berpuasa? Apakah tindakan ini bisa menggugurkan ibadah puasa yang sedang dijalani?
Dalam agama Islam, istilah pacaran sendiri tidak dikenal. Bahkan, berduaan dengan lawan jenis yang bukan mahram dilarang keras, seperti yang disebutkan dalam hadis riwayat Ahmad: "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan sekali-kali berkhalwat (berduaan) dengan perempuan yang bukan mahram karena yang ketiga di antara mereka adalah setan." Larangan ini menjadi fondasi yang kuat dalam memahami batasan interaksi antara pria dan wanita yang belum terikat pernikahan.
Pacaran, terutama di bulan Ramadan, kerap dianggap sebagai pintu menuju kemaksiatan. Interaksi yang berlebihan, seperti berpegangan tangan atau berpelukan, dikhawatirkan akan menjerumuskan pada perbuatan zina, baik zina mata, telinga, lisan, hingga zina hati. Hal ini sesuai dengan hadis yang diriwayatkan oleh Muslim, yang menjelaskan bahwa setiap anak Adam telah ditakdirkan memiliki bagian untuk berzina melalui panca indera.
Also Read
Lalu, bagaimana hukum berpelukan dengan pacar saat puasa?
Pendapat ulama mengenai hal ini beragam, namun mengerucut pada dua poin utama: kesengajaan dan pengaruh terhadap keluarnya air mani. Jika sentuhan terjadi secara tidak sengaja, misalnya bersentuhan saat berjalan di keramaian, maka puasa tidak batal. Namun, lain halnya jika sentuhan itu dilakukan dengan sengaja.
Apabila berpelukan dilakukan dengan sengaja, namun tidak sampai mengeluarkan air mani, seperti pelukan ringan tanpa disertai syahwat, maka hukumnya makruh. Artinya, perbuatan ini sebaiknya dihindari karena dapat mengurangi kesempurnaan ibadah puasa, meskipun tidak membatalkannya.
Lebih dari Sekadar Menahan Lapar dan Haus
Puasa bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga tentang menahan hawa nafsu dan menjaga diri dari perbuatan maksiat. Berpacaran, dengan segala interaksinya, berpotensi besar mengalihkan fokus dari esensi puasa itu sendiri.
Al-Baydhowi Rahimahullah pernah berkata, "Ibadah puasa bukanlah hanya menahan diri dari lapar dan dahaga saja. Bahkan seseorang yang menjalankan puasa hendaklah mengekang berbagai syahwat dan mengajak jiwa pada kebaikan. Jika tidak demikian, sungguh Allah tidak akan melihat amalannya, dalam artian tidak akan menerimanya.”
Hal ini diperkuat oleh hadis riwayat Bukhari, "Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan." Hadis ini menegaskan bahwa puasa yang diterima adalah puasa yang dibarengi dengan perbaikan diri, bukan hanya menahan lapar dan haus secara fisik.
Bijak Menjaga Diri di Bulan Suci
Meskipun berpelukan tidak secara langsung membatalkan puasa, penting untuk mempertimbangkan dampak spiritualnya. Sebagai umat Muslim yang sedang berpuasa, kita dianjurkan untuk menjauhi segala hal yang dapat mengurangi pahala puasa, termasuk interaksi fisik yang berlebihan dengan pacar.
Bulan Ramadan adalah kesempatan emas untuk meningkatkan kualitas ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Oleh karena itu, alangkah baiknya jika kita fokus pada hal-hal yang bermanfaat, seperti membaca Al-Quran, bersedekah, dan memperbanyak ibadah sunnah lainnya.
Menjaga diri dari perbuatan maksiat di bulan suci adalah wujud dari ketaatan kita kepada Allah SWT. Dengan demikian, semoga puasa kita tidak hanya sekadar menahan lapar dan haus, tetapi juga menjadi sarana untuk membersihkan diri dari dosa dan meningkatkan ketakwaan. Ingatlah, puasa yang berkualitas adalah puasa yang dilakukan dengan hati yang bersih dan penuh keikhlasan.
