Hidup ideal, dengan karier cemerlang, pernikahan harmonis, dan keluarga yang bahagia, sering kali dianggap sebagai puncak pencapaian. Namun, benarkah kebahagiaan absolut bisa diraih hanya dengan memiliki semua itu? Film ‘Addicted’ (2014) yang kini tayang di Netflix, membongkar mitos tersebut dengan kisah kelam seorang wanita yang justru terjerumus dalam petualangan cinta terlarang meski hidupnya tampak sempurna.
Film ini menceritakan Zoe Reynard, seorang pemilik galeri seni sukses yang diperankan oleh Sharon Leal. Ia memiliki suami tampan dan pengertian, Jason (Boris Kodjoe), serta dua anak yang cerdas. Dari luar, kehidupan Zoe adalah impian setiap orang. Namun, di balik fasad kebahagiaan itu, tersimpan rasa hampa yang tak terjelaskan.
Kehadiran Quinton Canosa (William Levy), seorang pelukis berbakat dengan aura misterius, menjadi pemicu kehancuran Zoe. Ketertarikan awalnya hanya sebatas profesional, namun cepat berkembang menjadi obsesi dan perselingkuhan yang membara. Pertemuan-pertemuan rahasia mereka, yang dibumbui dengan adegan erotis, membuat Zoe semakin kehilangan kendali. Ia mengabaikan pekerjaan dan keluarganya, terbuai dalam kenikmatan sesaat bersama Quinton.
Also Read
‘Addicted’ tak hanya menyajikan drama perselingkuhan yang klise. Film ini lebih dalam dari itu. Ia menggambarkan kompleksitas jiwa manusia, betapa rasa tidak puas bisa menggerogoti bahkan di tengah limpahan kesuksesan. Zoe bukan sekadar korban godaan, ia adalah representasi dari banyak orang yang merasa ‘kurang’ meski sudah memiliki segalanya. Ia mencari ‘sesuatu’ di luar sana, mencoba mengisi kekosongan yang entah di mana asalnya.
Hubungan Zoe dan Quinton yang awalnya penuh gairah, berubah menjadi toksik. Quinton menuntut Zoe untuk sepenuhnya menjadi miliknya, memicu konflik yang semakin memperburuk keadaan. Akhirnya, Zoe tersadar bahwa ia harus mengakhiri hubungan tersebut. Namun, terlambat. Obsesi Quinton pada Zoe telah memuncak, membawanya pada tindakan yang membahayakan.
Film ini juga mengangkat isu kecanduan seksual yang dialami Zoe. Karakter Dr. Marcella Spencer (Tasha Smith) yang seorang psikoterapis, memberikan sedikit pencerahan tentang latar belakang masalah Zoe. Meski demikian, film ini tidak terlalu fokus pada aspek psikologis, namun lebih pada dampak emosional dan dramatis dari perselingkuhan.
‘Addicted’ bukan hanya tontonan hiburan dengan adegan-adegan panas. Lebih dari itu, film ini adalah refleksi tentang kerapuhan manusia, tentang bagaimana kebahagiaan semu sering kali menyelimuti ketidakpuasan yang mendalam. Film ini mengajak kita bertanya, benarkah kebahagiaan terletak pada pencapaian materi dan status sosial? Atau justru ada hal lain yang lebih esensial untuk dicari?
Peran serta tokoh lain seperti Corey (Tyson Beckford) yang juga menjadi salah satu kekasih Zoe, serta sosok Zoe kecil (Cameron Mills), memberikan dimensi lain pada cerita. Mereka memperlihatkan kompleksitas hidup Zoe yang tidak sekadar hitam putih.
‘Addicted’ mungkin akan membuat kita bergidik, tapi juga memaksa kita untuk introspeksi diri. Film ini adalah pengingat bahwa kebahagiaan sejati tidak bisa ditemukan di luar diri kita, melainkan dari penerimaan dan pemahaman akan diri sendiri. Jadi, sebelum mencari ‘sesuatu’ yang lain, coba tengok ke dalam diri, apa sebenarnya yang hilang dan perlu kita perbaiki. Mungkin saja, selama ini kita salah alamat dalam mencari kebahagiaan.
