Valentine dan White Day Bukan Sekadar Hari Cokelat

Husen Fikri

Hubungan

Bulan Februari dan Maret, identik dengan hari kasih sayang. Bukan hanya satu, tapi dua perayaan yang seringkali tertukar, Valentine dan White Day. Banyak yang mengira keduanya sama saja, padahal perbedaan mendasarnya cukup signifikan. Lebih dari sekadar pertukaran hadiah, keduanya menyimpan tradisi dan makna budaya yang menarik, terutama di Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan.

Valentine, yang diperingati setiap tanggal 14 Februari, bukanlah momen para pria berlomba memberikan bunga dan cokelat. Justru sebaliknya, para wanitalah yang menjadi pemberi utama. Tradisi ini, yang awalnya dipicu oleh produsen cokelat Jepang, menjadi ajang bagi para wanita untuk menyatakan perasaan, "kokuhaku," yang dulunya dianggap tabu. Pemberian cokelat berbentuk hati bukan sekadar hadiah, melainkan simbol keberanian dan ekspresi cinta yang manis.

Tradisi ini membawa perubahan signifikan dalam cara interaksi pria dan wanita di Jepang. Valentine bukan lagi sekadar hari kasih sayang yang pasif, melainkan momen aktif bagi wanita untuk mengambil inisiatif. Ini menggeser paradigma gender dan membuka ruang baru dalam hubungan romantis.

Lalu, bagaimana dengan White Day? Dirayakan tepat sebulan setelah Valentine, pada tanggal 14 Maret, White Day adalah hari "balasan." Para pria, yang menerima cokelat dan hadiah pada Valentine, kini giliran membalas budi. Uniknya, hadiah di White Day biasanya dua hingga tiga kali lebih mahal dari hadiah yang diterima. Ini bukan sekadar formalitas, melainkan ungkapan apresiasi yang lebih dalam.

Awal mula White Day pun unik. Berawal dari promosi permen marshmallow oleh sebuah perusahaan pada tahun 1977, yang kemudian gagal menjadi tren budaya. Asosiasi Industri Manisan Nasional kemudian menetapkan White Day sebagai hari balasan, mendorong pria untuk menghargai hadiah dari para wanita. Warna putih dipilih sebagai simbol kemurnian dan cinta remaja yang manis, mencerminkan arti "Ai ni Kotaeru White Day" (Jawaban Cinta di White Day).

Lebih dari sekadar hari bertukar cokelat atau hadiah, Valentine dan White Day adalah cerminan tradisi budaya yang unik. Keduanya menunjukkan bagaimana norma sosial dan praktik budaya dapat memengaruhi cara kita merayakan cinta. Dari inisiatif wanita di Valentine, hingga apresiasi pria di White Day, keduanya saling melengkapi dan membentuk dinamika kasih sayang yang menarik.

Meskipun bukan budaya asli kita, memahami makna di balik perayaan ini membuka wawasan baru tentang bagaimana cinta dan kasih sayang diekspresikan di berbagai belahan dunia. Keduanya mengajarkan bahwa cinta bukan hanya tentang menerima, tetapi juga memberi dan menghargai. Lebih dari sekadar tanggal di kalender, Valentine dan White Day adalah simbol dari dinamika hubungan yang terus berkembang dan relevan dalam berbagai konteks sosial.

Baca Juga

9 Negara Paling Dibenci di Dunia: Konflik, Sejarah Kelam, hingga Isu Sosial

Dea Lathifa

Setiap negara, layaknya individu, memiliki sisi yang disukai dan tidak disukai. Namun, ada beberapa negara yang tampaknya lebih sering menjadi ...

Arya Mohan: Dari Anak Sekolah Gemas Hingga Bodyguard Jahil di Private Bodyguard

Sarah Oktaviani

Aktor muda Arya Mohan kini tengah mencuri perhatian publik lewat perannya sebagai Helga dalam serial "Private Bodyguard". Kemunculannya menambah daftar ...

Somebody Pleasure Aziz Hendra, Debut yang Mengoyak Hati Lewat Nada

Maulana Yusuf

Lagu "Somebody Pleasure" dari Aziz Hendra mungkin masih terdengar asing bagi sebagian orang. Namun, di kalangan pengguna TikTok, lagu ini ...

10 Rekomendasi Celana Dalam Pria Terbaik: Nyaman, Berkualitas, dan Harga Terjangkau

Husen Fikri

Bingung memilih hadiah untuk pria tersayang? Jangan khawatir, celana dalam bisa menjadi pilihan yang tepat! Selain berfungsi sebagai pakaian dalam, ...

Alya JKT48: Biodata Lengkap, Fakta Menarik, dan Prediksi Masa Depan Sang Bintang Generasi 11

Annisa Ramadhani

Alya Amanda, atau yang lebih akrab disapa Alya JKT48, menjadi nama yang tak asing lagi di telinga para penggemar idol ...

10 Sampo Anti Ketombe Ampuh: Pilihan Terbaik untuk Kulit Kepala Sehat Bebas Gatal

Sarah Oktaviani

Rambut berketombe memang bikin frustrasi. Gatal, serpihan putih yang bikin minder, dan rasa tidak nyaman di kulit kepala bisa mengganggu ...

Tinggalkan komentar