Fenomena anak yang menolak makanan bertekstur dan kembali memilih makanan halus setelah tumbuh gigi kerap membuat orang tua bingung dan khawatir. Padahal, saat gigi sudah mulai tumbuh, idealnya anak mulai dikenalkan dengan makanan bertekstur lebih kasar untuk melatih kemampuan mengunyah dan menelan. Lalu, mengapa hal ini bisa terjadi? Mari kita bedah lebih dalam.
Penyebab Anak Kembali ke Makanan Halus
Beberapa faktor dapat memicu kembalinya preferensi anak pada makanan yang dihaluskan:
- Trauma atau Pengalaman Negatif: Mungkin saja anak pernah mengalami tersedak atau kesulitan menelan makanan bertekstur. Hal ini bisa menimbulkan trauma dan rasa takut sehingga ia lebih memilih makanan yang menurutnya aman dan mudah ditelan.
- Kebiasaan dan Konsistensi: Jika sejak awal MPASI anak lebih sering diberikan makanan halus dan kurang diperkenalkan dengan variasi tekstur, ia akan terbiasa dengan hal tersebut. Perubahan tekstur yang tiba-tiba bisa membuatnya kaget dan menolak.
- Sensitivitas Tekstur: Beberapa anak memiliki sensitivitas tekstur yang tinggi. Mereka mungkin merasa tidak nyaman dengan makanan yang berbulir, kasar, atau lengket. Sensitivitas ini bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk perkembangan sensorik.
- Faktor Psikologis: Perubahan suasana hati, stres, atau perubahan rutinitas juga bisa memengaruhi nafsu makan dan preferensi makanan anak. Anak mungkin mencari kenyamanan dalam makanan yang familiar dan mudah dikonsumsi.
- Tahap Perkembangan: Anak-anak tumbuh dan berkembang dengan ritme yang berbeda-beda. Bisa jadi, penolakan makanan bertekstur ini adalah bagian dari tahapan perkembangannya dan akan berlalu seiring waktu.
Bukan Berarti Menyerah, Ini Solusinya!
Meski terlihat sulit, bukan berarti kita harus menyerah pada kebiasaan ini. Berikut beberapa langkah yang bisa kita coba:
Also Read
- Sabar dan Konsisten: Penting untuk tetap sabar dan konsisten mengenalkan anak pada makanan bertekstur. Jangan memaksa anak, tapi tawarkan secara bertahap dalam porsi kecil.
- Variasi Tekstur Secara Bertahap: Mulailah dengan makanan yang agak sedikit kasar, seperti makanan yang dilumatkan atau dicincang halus. Perlahan tingkatkan teksturnya seiring waktu.
- Libatkan Anak dalam Mempersiapkan Makanan: Biarkan anak melihat, menyentuh, dan membantu mempersiapkan makanannya. Hal ini dapat meningkatkan rasa ketertarikan dan penerimaan terhadap makanan baru.
- Buat Makanan Menarik: Sajikan makanan dengan tampilan yang menarik dan warna-warni. Gunakan cetakan makanan atau hiasan sederhana untuk menarik perhatian anak.
- Jangan Menyerah pada Makanan Halus: Tetap berikan makanan bertekstur meskipun anak menolak. Jangan biarkan anak hanya mengonsumsi makanan halus.
- Konsultasikan dengan Ahli Gizi: Jika masalah ini berlanjut dan membuat khawatir, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter anak atau ahli gizi. Mereka dapat memberikan saran dan penanganan yang lebih tepat.
- Ciptakan Suasana Makan yang Menyenangkan: Makan bukan hanya soal mengisi perut, tapi juga momen sosial yang menyenangkan. Ajak anak makan bersama keluarga dengan suasana yang santai dan positif.
- Beri Contoh: Tunjukkan kepada anak bahwa kita juga makan makanan bertekstur. Anak akan cenderung meniru apa yang dilakukan orang tuanya.
Ingatlah, setiap anak memiliki fase perkembangannya masing-masing. Jangan membandingkan anak kita dengan anak lain. Dengan kesabaran, konsistensi, dan pendekatan yang tepat, anak akan mampu menerima makanan bertekstur dan menikmati berbagai jenis hidangan. Intinya, jangan menyerah dan teruslah berupaya mengenalkan variasi makanan pada si kecil.