Kesulitan anak dalam membaca dan mengolah angka, atau yang dikenal dengan disleksia, seringkali disalahartikan sebagai kemalasan atau kurangnya usaha. Padahal, kondisi ini memiliki akar yang lebih dalam, melibatkan faktor genetik dan lingkungan yang kompleks. Memahami penyebab disleksia adalah langkah penting untuk memberikan dukungan yang tepat bagi anak-anak yang mengalaminya.
Genetik Memainkan Peran Kunci
Disleksia bukanlah sekadar gangguan belajar biasa. Penelitian menunjukkan adanya kaitan erat dengan faktor genetik. Artinya, jika ada anggota keluarga yang mengalami disleksia, risiko anak mengalaminya pun meningkat. Gen tertentu diduga memengaruhi cara otak memproses bahasa dan simbol-simbol, sehingga area otak yang seharusnya aktif saat membaca tidak berfungsi optimal.
Perbedaan struktur dan fungsi otak pada individu disleksia memang nyata. Bagian otak yang bertugas memproses bahasa dan suara menunjukkan perbedaan aktivitas dibandingkan dengan otak orang yang tidak disleksia. Hal ini bukan berarti ada kerusakan, melainkan perbedaan cara kerja otak yang memang membutuhkan pendekatan belajar yang berbeda pula.
Also Read
Faktor Lingkungan yang Tak Boleh Diabaikan
Selain faktor genetik, lingkungan juga turut berperan dalam perkembangan disleksia. Beberapa faktor lingkungan yang perlu diperhatikan meliputi:
- Riwayat Keluarga: Adanya riwayat disleksia atau kesulitan belajar lainnya dalam keluarga meningkatkan risiko disleksia pada anak. Ini menegaskan peran genetik, tetapi juga bisa jadi karena pola asuh atau lingkungan belajar yang serupa.
- Kelahiran Prematur dan Berat Badan Lahir Rendah: Bayi yang lahir prematur atau memiliki berat badan lahir rendah cenderung lebih rentan mengalami berbagai gangguan perkembangan, termasuk disleksia. Hal ini terkait dengan perkembangan otak yang mungkin belum sempurna saat kelahiran.
- Paparan Zat Berbahaya Saat Kehamilan: Paparan nikotin, alkohol, obat-obatan tertentu, atau infeksi selama masa kehamilan dapat memengaruhi perkembangan otak janin, meningkatkan risiko gangguan belajar seperti disleksia.
- Perbedaan Struktur Otak: Studi pencitraan otak menunjukkan bahwa individu dengan disleksia memiliki perbedaan struktur dan konektivitas di beberapa area otak dibandingkan dengan individu yang tidak disleksia. Perbedaan ini bukanlah sesuatu yang "salah", melainkan variasi neurobiologis yang perlu dipahami.
Bukan Sekadar "Malas Belajar", Tapi Perbedaan Cara Otak Bekerja
Penting untuk diingat bahwa disleksia bukanlah akibat dari kemalasan atau kurangnya inteligensi. Anak dengan disleksia mungkin memiliki kecerdasan yang sama atau bahkan lebih tinggi dari teman-temannya, tetapi otak mereka memproses informasi secara berbeda. Mereka mungkin kesulitan mengurutkan huruf, membedakan bunyi, atau mengingat urutan angka.
Memahami bahwa disleksia adalah kondisi neurologis yang kompleks dapat membantu para orang tua dan pendidik untuk memberikan dukungan yang tepat. Pendekatan belajar yang disesuaikan, kesabaran, dan dukungan emosional sangat penting untuk membantu anak-anak disleksia mencapai potensi penuh mereka.
Langkah Mendukung Anak dengan Disleksia
Mengidentifikasi disleksia sejak dini adalah kunci. Jika Anda mencurigai anak Anda mengalami kesulitan membaca atau mengolah angka, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Konsultasi dengan psikolog atau terapis pendidikan dapat membantu diagnosis dan memberikan strategi belajar yang sesuai.
Selain itu, menciptakan lingkungan belajar yang positif dan suportif di rumah dan di sekolah adalah krusial. Berikan pujian untuk usaha mereka, fokus pada kekuatan mereka, dan ajarkan mereka strategi belajar yang efektif. Ingat, disleksia bukanlah hambatan untuk sukses. Dengan dukungan yang tepat, anak-anak disleksia dapat berkembang dan mencapai potensi terbaik mereka.