Kisah wafatnya Nabi Muhammad SAW bukan sekadar catatan sejarah, melainkan lembaran penuh hikmah yang menyentuh relung hati setiap muslim. Peristiwa ini, yang terjadi pada 12 Rabiul Awwal tahun 633 M, menandai berakhirnya masa kenabian sekaligus awal era baru bagi umat Islam. Mari kita telusuri kembali detik-detik kepergian Rasulullah, bukan hanya sebagai rangkaian kejadian, tetapi sebagai pelajaran berharga tentang kehidupan, kematian, dan warisan yang ditinggalkannya.
Sebelum mengupas peristiwa wafatnya, penting untuk memahami bahwa Nabi Muhammad SAW adalah figur sentral dalam Islam. Beliau adalah utusan Allah terakhir yang menerima wahyu dan menjadi teladan utama bagi umat muslim. Lahir di Makkah pada 12 Rabiul Awwal tahun 570 M, beliau tumbuh menjadi sosok yang penuh kebijaksanaan, kejujuran, dan kasih sayang.
Menjelang akhir hayatnya, Nabi Muhammad SAW mengalami sakit demam yang cukup parah. Meskipun dilanda penyakit, keteguhan beliau dalam beribadah tidak pernah surut. Selama sakit yang berlangsung sekitar sepuluh hari, Rasulullah tetap berupaya untuk melaksanakan sholat berjamaah di masjid. Bahkan, ketika kondisi fisik tidak lagi memungkinkan, beliau menunjuk Abu Bakar Ash-Shiddiq untuk menggantikannya sebagai imam. Keteladanan ini menjadi pengingat bagi umat muslim tentang pentingnya menjaga kewajiban agama, bahkan dalam kondisi tersulit sekalipun.
Also Read
Dalam masa sakitnya, Rasulullah SAW tidak hanya berdiam diri. Beliau menyampaikan wasiat-wasiat penting bagi umatnya. Salah satu wasiat yang paling diingat adalah larangan untuk menyembah kuburan beliau atau berhala. Wasiat ini menekankan prinsip tauhid, yaitu keyakinan akan keesaan Allah SWT, yang menjadi inti ajaran Islam. Selain itu, Rasulullah juga melunasi hutang-hutangnya, menunjukkan betapa pentingnya menjaga amanah dan tanggung jawab hingga akhir hayat.
Detik-detik menjelang wafatnya, Rasulullah SAW memanggil keluarganya untuk berkumpul. Beliau memberikan nasihat terakhir dan mencurahkan kasih sayangnya kepada istri, anak, dan cucu-cucunya. Momen ini menggambarkan kedekatan beliau dengan keluarga, sekaligus mengisyaratkan bahwa keluarga memiliki peran penting dalam kehidupan seorang muslim.
Nabi Muhammad SAW menghembuskan nafas terakhir di pangkuan Aisyah RA, istri tercinta, dengan kepala berada di antara dada dan lehernya. Saat itu, juga ada Fatimah, putri beliau. Wafatnya Nabi Muhammad SAW disebabkan oleh demam dan sakit kepala yang dideritanya. Peristiwa ini menjadi duka mendalam bagi seluruh umat muslim, namun juga menjadi pengingat bahwa setiap jiwa akan kembali kepada Sang Pencipta.
Kisah wafatnya Nabi Muhammad SAW bukan hanya sekadar kisah kesedihan, tetapi juga kisah tentang keteladanan, kesabaran, dan pengorbanan. Warisan yang ditinggalkan oleh Rasulullah SAW bukan hanya berupa ajaran agama, tetapi juga nilai-nilai kemanusiaan yang universal. Kepergian beliau meninggalkan jejak yang tak akan pernah terlupakan, dan ajaran beliau terus menginspirasi umat muslim di seluruh dunia hingga akhir zaman.