Umat Islam di seluruh dunia tengah bersiap menyambut Hari Raya Idul Adha. Di balik semarak perayaan kurban, terbentang kesempatan emas untuk meraih keberkahan melalui amalan sunnah, terutama puasa di bulan Zulhijjah. Dalam kalender Hijriyah 1444, momen ini terasa begitu istimewa, mengingat sepuluh hari pertama Zulhijjah adalah waktu yang sangat dianjurkan untuk memperbanyak amal kebajikan.
Rasulullah SAW bersabda, melalui riwayat Ibnu Abbas, bahwa tidak ada amalan saleh yang lebih dicintai Allah SWT melebihi amalan di sepuluh hari pertama Zulhijjah. Bahkan, jihad di jalan Allah pun tak sebanding, kecuali bagi mereka yang mengorbankan jiwa dan hartanya tanpa kembali sedikit pun. Oleh karena itu, mengisi hari-hari ini dengan ibadah dan kebaikan adalah bentuk cinta dan ketaatan kepada Allah.
Di antara amalan yang sangat dianjurkan adalah puasa sunnah. Umat Islam diberi keleluasaan untuk berpuasa mulai tanggal 1 hingga 9 Zulhijjah. Namun, ada dua puasa sunnah yang memiliki keutamaan tersendiri: Puasa Tarwiyah pada tanggal 8 Zulhijjah dan Puasa Arafah pada tanggal 9 Zulhijjah.
Also Read
Puasa Tarwiyah, Mempersiapkan Diri Menuju Puncak Ibadah
Puasa Tarwiyah, yang dilakukan pada tanggal 8 Zulhijjah, menjadi penanda persiapan spiritual menuju puncak ibadah haji di Arafah. Meski hukumnya sunnah, menjalankan puasa Tarwiyah menjadi ikhtiar untuk meningkatkan ketakwaan dan membersihkan diri dari dosa. Puasa ini juga bisa menjadi pengingat akan perjuangan Nabi Ibrahim AS, yang kala itu sedang mempersiapkan diri untuk menjalankan perintah Allah yang sangat berat.
Puasa Arafah, Penghapus Dosa Setahun Lalu dan Setahun Mendatang
Puncak dari puasa sunnah Zulhijjah adalah Puasa Arafah. Bagi mereka yang tidak menunaikan ibadah haji, puasa pada tanggal 9 Zulhijjah ini memiliki keutamaan yang luar biasa. Rasulullah SAW menyebutkan bahwa puasa Arafah dapat menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang. Sebuah anugerah yang sangat besar dari Allah SWT, yang sayang jika dilewatkan begitu saja.
Bagaimana Niat Puasa Sunnah Zulhijjah?
Lalu, bagaimana dengan niatnya? Sejatinya, niat adalah keinginan dalam hati untuk melakukan suatu amalan. Niat ini menjadi pondasi utama diterimanya sebuah ibadah. Meski niat dalam hati sudah mencukupi, melafalkan niat secara lisan pun diperbolehkan, sebagai bentuk penegasan dan kekhusyukan. Berikut adalah lafal niat puasa Tarwiyah dan Arafah yang dapat dilafalkan:
-
Niat Puasa Tarwiyah: "Nawaitu shauma tarwiyata sunnatan lillahi ta’ala" (Artinya: Aku berniat puasa sunnah Tarwiyah karena Allah Ta’ala)
-
Niat Puasa Arafah: "Nawaitu shauma arafata sunnatan lillahi ta’ala" (Artinya: Aku berniat puasa sunnah Arafah karena Allah Ta’ala)
Pilihan dan Kemudahan dalam Beribadah
Perlu diingat, puasa di bulan Zulhijjah adalah ibadah yang bersifat sunnah, bukan wajib. Umat Islam diberi pilihan untuk memilih puasa yang sesuai dengan kemampuan dan kondisi masing-masing. Jika tidak mampu berpuasa penuh selama 9 hari, tidak masalah untuk memilih satu atau beberapa hari saja, asalkan tidak melewatkan Puasa Arafah.
Yang terpenting adalah bagaimana kita memanfaatkan momen sepuluh hari pertama Zulhijjah ini dengan amalan yang ikhlas dan sungguh-sungguh, demi meraih ridho Allah SWT. Puasa, shalat, sedekah, dzikir, dan amal kebaikan lainnya adalah cara kita untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Mari sambut Idul Adha dengan hati yang bersih dan penuh kebaikan.