Sosok Ir. Soekarno, presiden pertama Republik Indonesia, tak hanya lekat dengan pidato-pidatonya yang membakar semangat. Di balik karisma dan ketegasannya, terukir kisah panjang perjuangan melawan penjajahan yang diwarnai dengan deretan masa tahanan. Mungkin banyak dari kita yang bertanya, berapa kali sebenarnya Soekarno masuk penjara? Mari kita telusuri jejak perjuangannya yang penuh liku ini.
Jawabannya, Soekarno mengalami tujuh kali masa tahanan dan pengasingan selama era penjajahan Belanda. Penahanan ini bukan tanpa alasan, melainkan karena aktivitas politiknya yang gigih dan dianggap mengancam kekuasaan kolonial. Perjalanan panjang ini menjadi bukti keteguhan Soekarno dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
1. Penjara Banceuy, Bandung (1929)
Penahanan pertama Soekarno terjadi di Yogyakarta pada 29 Desember 1929. Bersama tiga rekannya dari Partai Nasional Indonesia (PNI), Maskoen, Soepriadinata, dan Gatot Mangkoepraja, Soekarno dijebloskan ke penjara Banceuy, Bandung. Di sel sempit yang hanya berisi kasur lipat dan toilet sederhana, Soekarno menghabiskan sekitar delapan bulan. Ironisnya, dalam keterbatasan itu, lahir karya monumental "Indonesia Menggugat", sebuah pledoi yang membakar semangat perlawanan.
Also Read
2. Lapas Sukamiskin, Bandung (Waktu Tidak Spesifik)
Setelah keluar dari Penjara Banceuy, Soekarno kembali harus merasakan dinginnya sel tahanan di Lapas Sukamiskin, Bandung. Kali ini, penahanannya dipicu oleh konflik politik dengan pemerintah Belanda. Ia dianggap sebagai ancaman karena ideologi dan gerakannya yang menentang penjajah.
3. Pengasingan di Ende, Flores (1934-1938)
Tak hanya dipenjara di tanah Jawa, Soekarno juga diasingkan ke Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur. Di sana, ia bersama keluarganya ditahan sebagai tahanan politik karena keterlibatannya dalam Partai Indonesia (Partindo). Pengasingan ini berlangsung selama empat tahun, sebuah ujian kesabaran yang panjang.
4. Pengasingan di Bengkulu (1938-1942)
Setelah Ende, Soekarno kembali dipindah ke Bengkulu. Di kota inilah, ia bertemu dan mempersunting Fatmawati, perempuan yang kelak menjadi ibu negara pertama Indonesia. Namun, kebahagiaan di Bengkulu tak berlangsung lama, karena masa penahanan Soekarno masih terus berlanjut.
5. Penahanan di Berastagi (Waktu Tidak Spesifik)
Pada masa Agresi Militer II, Soekarno kembali ditangkap dan dipenjarakan di Berastagi, Sumatera Utara. Kali ini, ia tidak sendirian, melainkan bersama tokoh nasional lain seperti Sutan Syahrir dan Haji Agus Salim. Penahanan ini dilakukan atas alasan keamanan yang dikemukakan oleh Belanda.
6. Penahanan di Pulau Bangka (Waktu Tidak Spesifik)
Soekarno juga sempat merasakan pengapnya sel di Pulau Bangka, tepatnya di kota Muntok. Perpindahan lokasi tahanan ini menunjukkan bahwa Belanda berusaha memutus jalur komunikasi dan pergerakan Soekarno.
7. Pengasingan di Boven Digoel (Waktu Tidak Spesifik)
Yang terakhir, dan mungkin yang paling menakutkan, adalah pengasingan Soekarno di Boven Digoel. Lokasi terpencil ini dikenal sebagai “neraka” bagi para tahanan politik karena kondisi geografis yang sulit dan ancaman penyakit malaria. Pengasingan ini menjadi bukti betapa gigihnya Belanda untuk melumpuhkan pergerakan Soekarno.
Lebih dari Sekadar Angka
Tujuh kali masuk penjara bukanlah sekadar angka. Di balik setiap masa tahanan, tersimpan kisah perjuangan, kesabaran, dan kegigihan seorang Soekarno. Setiap siksaan dan isolasi yang ia alami justru semakin membakar semangatnya untuk merengkuh kemerdekaan. Penjara bukan akhir dari segalanya, melainkan menjadi bagian dari perjalanan panjang menuju Indonesia merdeka. Kisah Soekarno ini seharusnya menjadi inspirasi bagi kita untuk tidak menyerah dalam menghadapi tantangan. Pengorbanannya, harus menjadi motivasi bagi kita dalam menjaga dan membangun bangsa.