Cinta memang bisa mengubah banyak hal, termasuk selera makan. Kisah seorang istri yang awalnya asing dengan hidangan sagu dan ikan kuah kuning, kini justru menjadikannya menu favorit, membuktikan bahwa kuliner bisa menjadi jembatan budaya yang menghubungkan hati.
Sagu, bahan makanan pokok yang identik dengan wilayah Indonesia Timur, khususnya Maluku, seringkali menjadi hidangan yang unik bagi lidah orang dari daerah lain. Namun, bagi para istri yang suaminya berasal dari daerah tersebut, sagu bukan lagi sekadar makanan, tetapi juga bagian dari cerita dan identitas pasangan mereka. Begitu pula dengan ikan kuah kuning, yang dengan aromanya yang khas, menjadi pelengkap sempurna hidangan sagu.
Proses adaptasi ini bukan tanpa cerita. Seorang istri yang berbagi pengalamannya mengungkapkan, awalnya ia tak begitu menyukai hidangan ini. Namun, lambat laun, cita rasa sagu yang lembut dan ikan kuah kuning yang kaya rempah, berhasil menaklukkan hatinya. Hal ini bukan sekadar soal perut kenyang, tetapi juga soal rasa ingin tahu dan penerimaan terhadap budaya lain yang dibawa oleh pasangan.
Also Read
“Awalnya terasa asing, tapi lama-lama jadi nagih,” ujarnya. Pengalamannya ini menjadi inspirasi bagi banyak istri lain yang mengalami hal serupa. Banyak dari mereka akhirnya belajar memasak hidangan khas daerah suami, bukan hanya sebagai bentuk dukungan, tetapi juga sebagai cara untuk mempererat hubungan keluarga.
Memasak papeda, misalnya, bukanlah proses yang sulit. Cukup dengan melarutkan sagu dalam air, lalu memasaknya di atas panci hingga mengental. Untuk kuah ikannya, bumbu kuning instan bisa menjadi solusi praktis. Ikan segar yang direbus dengan bumbu kuning, ditambah serai dan kemangi, akan menciptakan aroma yang menggugah selera.
Kisah ini mengajarkan kita bahwa perbedaan budaya bukanlah penghalang, justru sebaliknya, dapat menjadi kekayaan yang patut dirayakan. Adaptasi terhadap cita rasa kuliner dari daerah pasangan, adalah salah satu cara sederhana untuk menunjukkan cinta dan penghargaan. Ini adalah cerita tentang bagaimana sebuah hidangan bisa menjadi simbol persatuan dan keharmonisan dalam keluarga.
Selain itu, dari sudut pandang yang lebih luas, kisah ini juga menyoroti pentingnya melestarikan kekayaan kuliner Indonesia. Sagu dan ikan kuah kuning, bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga bagian dari warisan budaya yang perlu kita jaga. Dengan memperkenalkan hidangan ini kepada generasi muda dan orang-orang dari daerah lain, kita turut serta dalam melestarikan tradisi kuliner Indonesia yang begitu beragam. Mari kita jadikan perbedaan rasa sebagai pemersatu bangsa.