Kepergian Joko Pinurbo meninggalkan duka mendalam bagi dunia sastra Indonesia. Namun, karya-karyanya abadi, terus bergema dalam bait-bait puisi yang tajam, menyentuh, dan penuh refleksi. Jika Anda mencari puisi yang tak hanya indah, namun juga dekat dengan kehidupan sehari-hari, karya Jokpin (panggilan akrab Joko Pinurbo) adalah pilihan tepat.
Berikut adalah 10 buku Joko Pinurbo yang wajib Anda baca, setidaknya sekali seumur hidup, lengkap dengan sinopsis dan insight tambahan:
-
Telepon Genggam: Menggenggam atau Digenggam?
Buku ini mengajak kita merenungkan relasi manusia dengan telepon genggam, sebuah benda yang kini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan. Ditulis pada awal tahun 2000-an, puisinya terasa relevan hingga kini, seolah Jokpin telah melihat jauh ke depan, tentang bagaimana telepon genggam lebih ‘menggenggam’ kita dibanding sebaliknya. Insight: Jokpin tidak hanya melihat telepon genggam sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai simbol keterikatan manusia modern. Puisi ini membuka diskusi tentang bagaimana teknologi membentuk dan bahkan mendikte perilaku kita.
Also Read
-
Selamat Menunaikan Ibadah Puisi: Sehari-hari dalam Metafora
Kumpulan puisi ini merangkum karya terbaik Jokpin dari buku sebelumnya, seperti Baju Bulan. Gaya bertuturnya khas Jokpin, mengangkat kehidupan rakyat biasa sebagai tema utama. Metafora yang ia gunakan tidak muluk-muluk, namun mampu menggetarkan dengan humor dan kalimat akhir yang tak terduga. Insight: Jokpin mampu mengubah hal-hal sederhana menjadi luar biasa. Ia menemukan keindahan dan makna dalam keseharian yang sering kita abaikan, mengingatkan kita bahwa puisi tidak harus melulu tentang hal-hal agung.
-
Celana: Humor di Balik Kesederhanaan
Celana, ranjang, kuburan, perempuan, boneka, dan pembunuhan menjadi tema-tema yang diolah dengan jenaka. Buku ini menegaskan gaya penulisan Jokpin yang unik, segar, dan mengejutkan. Insight: Jokpin menggunakan humor sebagai senjata untuk menyampaikan kritik sosial. Ia membongkar hal-hal tabu dan kompleks dengan cara yang ringan dan menghibur, membuat kita berpikir tanpa merasa digurui.
-
Sms: Rindu dalam Kepingan Kata
Buku ini mengibaratkan rindu seperti isi kaleng Khong Guan, bukan biskuit tetapi ponsel, kartu ATM, tiket, voucher, obat, jimat, dan kepingan-kepingan rindu yang sudah membatu. Jokpin menyajikan persoalan cinta, kenangan, keluarga, bahkan negara dengan bahasa santai dan jenaka. Insight: Jokpin lihai memanfaatkan benda-benda sehari-hari sebagai simbol. Ia melihat makna tersembunyi di balik hal-hal yang tampak biasa, memaksa kita untuk melihat lebih dalam pada kehidupan.
-
Nasi Kucing: Hati dalam Angkringan
Di sini kita diajak merenungkan tentang hati, tentang kesepian, dan tentang tempat kita ‘melerai’ hati. Jokpin mengolah angkringan menjadi simbol sunyi, tempat kita merefleksikan diri. Insight: Jokpin menggunakan setting angkringan, tempat berkumpulnya rakyat biasa, sebagai cermin bagi kita untuk merenungkan kondisi hati dan hubungan antar manusia. Puisi-puisinya terasa dekat dan personal.
-
Salah Piknik: Refleksi Pandemi dengan Humor Getir
Kumpulan puisi yang merespons fenomena selama pandemi COVID-19. Jokpin menampilkan permainan kata yang humoris namun getir, penuh sindiran dan kritik sosial. Insight: Jokpin tidak hanya merangkai kata, tetapi juga menjadi saksi zaman. Ia mendokumentasikan peristiwa penting melalui puisi, mengingatkan kita akan dampak pandemi pada berbagai aspek kehidupan.
-
Kepada Cium: Relung Sunyi dalam Imajinasi
Melalui peristiwa sederhana, Jokpin mengajak kita menyelami relung-relung sunyi dalam hubungan manusia dengan dunia, baik di dalam maupun di luar dirinya. Gaya berpuisinya yang unik membuat batas antara getir dan jenaka menjadi kabur. Insight: Jokpin mengajak kita untuk berimajinasi dan merenungkan relasi antara diri dan dunia. Ia menemukan makna dalam kesunyian, mengajak kita untuk berdialog dengan diri sendiri.
-
Surat dari Praha: Puisi yang Melampaui Batas
Dalam kumpulan ini, Jokpin membawa pembaca ke Praha, sebuah kota yang menyimpan sejarah dan romantisme. Puisi-puisinya mengalirkan refleksi tentang perjalanan, ingatan, dan makna kehidupan. Insight: Jokpin mengeksplorasi ruang dan waktu melalui puisinya. Ia tidak terbatas pada tema-tema lokal, tetapi juga membuka perspektif global.
-
Buku Latihan Tidur: Metafora Kehidupan dalam Ranjang
Ranjang, sebagai tempat beristirahat, menjadi metafora bagi kehidupan yang penuh liku. Jokpin mengajak pembaca untuk merenungkan eksistensi manusia dalam berbagai aspeknya. Insight: Jokpin menggunakan metafora ranjang untuk membahas tema-tema besar seperti cinta, kematian, dan keabadian. Ia mengajarkan kita untuk melihat kehidupan dari berbagai sudut pandang.
-
Tak Ada Asu di Antara Kita: Cerpen Jenaka yang Menggetirkan
Ini adalah kumpulan cerpen perdana Jokpin, dengan tokoh-tokoh yang dekat dengan kita sehari-hari, namun sering luput dari perhatian. Cerita mereka getir sekaligus jenaka, mengingatkan kita tentang kehidupan yang terkadang absurd. Insight: Jokpin membuktikan keahliannya tidak hanya dalam puisi, tetapi juga dalam prosa. Cerpen-cerpennya menyajikan realita sosial dengan gaya yang khas, menyentuh dan menggetarkan.
Karya-karya Joko Pinurbo adalah warisan berharga bagi dunia sastra Indonesia. Gaya penulisannya yang unik, perpaduan humor, refleksi, dan kritik sosial, menjadikannya penyair yang tak tergantikan. Membaca karyanya bukan hanya tentang menikmati keindahan bahasa, tetapi juga tentang merenungkan makna hidup. Dari 10 buku di atas, manakah yang akan Anda pilih untuk memulai perjalanan membaca Jokpin?