Siapa sangka, barang-barang yang kita anggap biasa dan mudah didapatkan di Indonesia, justru bisa berubah menjadi barang mewah dengan harga selangit di negara lain? Fenomena ini memang menarik untuk disimak, dan pastinya bikin kita makin menghargai apa yang ada di sekitar kita. Mari kita bedah beberapa contohnya:
Gorengan, Jajanan Merakyat yang Jadi Primadona di Eropa
Gorengan, mulai dari pisang goreng, tahu isi, tempe mendoan, hingga bakwan, adalah camilan sehari-hari yang mudah ditemukan di pinggir jalan hingga restoran. Harganya pun relatif murah, mulai dari seribuan rupiah saja. Namun, jangan kaget jika di Belanda, satu buah pisang goreng dihargai 5 Euro atau sekitar Rp 62.000! Perbedaan harga yang sangat signifikan ini tentu bikin kita bertanya-tanya, apa yang membuat gorengan begitu istimewa di sana? Mungkin karena proses pembuatannya yang tidak familiar, atau mungkin karena bahan bakunya yang lebih sulit didapatkan.
BBM, Dulu Dikeluhkan, Sekarang Bersyukur
Kita sering mengeluhkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang terus merangkak naik. Padahal jika dibandingkan dengan negara lain, harga BBM di Indonesia masih tergolong murah. Di Belanda, harga BBM bisa mencapai Rp 18.000 per liter, bahkan di Turki bisa sampai Rp 22.000 per liter! Ini tentu menjadi pengingat bagi kita untuk lebih bersyukur dan bijak dalam menggunakan energi. Selain itu, tingginya harga BBM di negara lain juga bisa menjadi alasan mengapa transportasi publik lebih banyak diminati di sana, selain untuk mengurangi polusi.
Also Read
Tempe, Makanan Sederhana yang Jadi Premium di Eropa
Tempe, makanan berbahan dasar kedelai ini sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kuliner Indonesia. Harganya pun sangat bersahabat, mulai dari Rp 5.000 hingga Rp 10.000 per papan. Namun, di Eropa, tempe bisa dihargai 1,79 Euro atau sekitar Rp 25.000 untuk satu potong kecil saja. Faktor kelangkaan bahan baku dan proses pembuatannya yang tidak lazim di sana, bisa menjadi penyebab tingginya harga tempe. Di sisi lain, popularitas tempe sebagai makanan sehat dan vegan juga mungkin ikut mendongkrak harga.
Mie Instan, Teman Setia Anak Kos yang Jadi Barang Mewah di Jepang
Mie instan adalah penyelamat di saat lapar melanda, terutama bagi anak kos. Harganya yang murah dan rasanya yang beragam, membuat mie instan menjadi favorit semua kalangan. Kita bisa dengan mudah mendapatkannya di warung, minimarket, hingga supermarket dengan harga mulai dari Rp 2.000. Tapi, jangan harap harga mie instan di Jepang sama seperti di Indonesia. Di sana, harga mie instan bisa 4 kali lipat lebih mahal! Hal ini bisa jadi karena biaya produksi dan distribusi yang lebih tinggi, atau karena merek-merek mie instan impor yang dianggap premium.
Sandal Jepit, Simbol Kesederhanaan yang Jadi Trendsetter
Sandal jepit, alas kaki sederhana yang sering kita pakai sehari-hari, ternyata bisa jadi barang mewah jika dipakai oleh orang terkenal. Contohnya, ketika salah satu anggota boyband Korea terlihat memakai sandal jepit di bandara Seoul, para fans langsung heboh mencari sandal yang sama. Alhasil, beberapa penjual online di Indonesia menjual sandal jepit dengan harga mencapai USD 20 atau sekitar Rp 250.000. Fenomena ini menunjukkan bagaimana pengaruh influencer bisa mengubah persepsi orang terhadap suatu barang, bahkan barang sesederhana sandal jepit.
Lebih dari Sekadar Harga: Makna di Balik Perbedaan Harga
Perbedaan harga barang-barang di atas tentu tidak hanya soal angka. Ada banyak faktor yang memengaruhinya, seperti biaya produksi, biaya impor, kelangkaan bahan baku, hingga persepsi budaya dan tren. Namun, yang pasti, fenomena ini mengingatkan kita untuk lebih menghargai kekayaan yang kita miliki, baik itu sumber daya alam, makanan, maupun budaya. Barang yang dianggap biasa di Indonesia, ternyata bisa jadi istimewa di negara lain. Mari kita lebih bersyukur dan menjaga apa yang kita punya!