Menjelang Idul Adha, pasar hewan kurban mendadak ramai. Di antara hiruk-pikuk tawar-menawar harga kambing, satu pertanyaan seringkali muncul: "Sebenarnya, kurban kambing itu untuk berapa orang, ya?" Pertanyaan ini penting, karena menyangkut pemahaman kita tentang ibadah kurban itu sendiri.
Kambing Kurban, Hak Milik Personal
Berbeda dengan sapi atau unta yang bisa diniatkan untuk tujuh orang, kurban kambing dalam Islam diperuntukkan bagi satu orang saja. Ini bukan berarti satu kambing hanya cukup untuk satu orang makan, melainkan satu kambing mewakili satu nama dalam niat beribadah kurban. Jadi, jika dalam satu keluarga ada beberapa anggota yang ingin berkurban, setiap orang sebaiknya memiliki kambingnya masing-masing.
Hadis riwayat Abu Ayyub Al-Ansari memperkuat pemahaman ini. Rasulullah SAW pernah berkurban dengan seekor kambing untuk dirinya dan keluarganya. Namun, perlu digarisbawahi bahwa pahala kurban hanya diperuntukkan bagi satu orang, yaitu yang berniat berkurban. Sementara keluarga, turut merasakan manfaat daging kurban tersebut.
Also Read
Lebih dari Sekadar Daging: Makna di Balik Kurban
Mengapa hanya satu orang yang ‘berhak’ atas satu kambing? Syariat Islam menetapkan aturan ini bukan tanpa alasan. Kurban bukan hanya tentang berbagi daging, tetapi juga tentang menumbuhkan rasa pengorbanan dan kepatuhan individu kepada Allah SWT. Ibadah ini menjadi pengingat akan ketaatan Nabi Ibrahim AS dan sebagai wujud syukur atas limpahan nikmat yang diberikan.
Jika setiap anggota keluarga mampu dan ingin berkurban, tentu saja hal ini sangat dianjurkan. Semakin banyak yang berkurban, semakin besar pula keberkahan yang akan didapat. Namun, jika hanya ada satu kambing, cukup salah satu anggota keluarga yang meniatkan kurban atas nama dirinya.
Sunnah yang Penuh Berkah
Perlu diingat bahwa kurban bukanlah ibadah wajib, melainkan sunnah muakkadah, yaitu ibadah yang sangat dianjurkan. Ini bukan berarti kita bisa mengabaikannya. Kurban adalah kesempatan emas untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, berbagi kebahagiaan dengan sesama, dan melatih diri untuk lebih peduli kepada mereka yang membutuhkan. Daging kurban yang dibagikan bukan sekadar makanan, tetapi juga simbol perekat silaturahmi dan kepedulian sosial.
Dalil Al-Quran dalam Surah Al-Hajj ayat 37 dan hadis riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim, jelas menunjukkan anjuran berkurban bagi umat Islam yang mampu. Ibadah ini adalah wujud ketakwaan dan rasa syukur atas segala nikmat yang telah Allah berikan.
Refleksi Kurban di Era Modern
Di tengah kesibukan dan gaya hidup modern, ibadah kurban mengajak kita untuk sejenak merenungkan makna pengorbanan dan kepedulian. Kurban bukan hanya seremonial, melainkan momen untuk menata kembali hati dan jiwa, serta menebar kebaikan di sekitar kita. Di era yang serba cepat ini, momen kurban adalah pengingat bahwa ada hal-hal yang lebih penting daripada sekadar mengejar materi, yaitu ketakwaan kepada Sang Pencipta dan berbagi kebahagiaan dengan sesama.
Jadi, sudah siapkah kita untuk berkurban? Mari jadikan Idul Adha kali ini bukan hanya sekadar tradisi, tetapi juga momentum untuk meningkatkan ketakwaan dan kepedulian sosial kita. Ingat, kurban kambing, satu orang, satu pahala, dan banyak keberkahan.