Hiruk pikuk persiapan Iduladha mulai terasa. Pasar hewan kurban mulai ramai, masjid-masjid bersiap menyambut pelaksanaan sholat Id, dan tak sedikit keluarga yang mulai merencanakan menu istimewa di hari raya. Di tengah kesibukan itu, ada satu hal penting yang kerap menjadi perbincangan: larangan memotong kuku dan rambut bagi mereka yang berniat berkurban.
Tradisi yang bersumber dari hadis Nabi Muhammad SAW ini kerap menimbulkan pertanyaan. Mengapa ada larangan ini? Dan bagaimana kita seharusnya memahaminya di era modern ini?
Landasan Hadis dan Makna Simbolis
Larangan memotong kuku dan rambut bagi orang yang akan berkurban didasarkan pada hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan lainnya, dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha. Hadis ini menegaskan bahwa jika seseorang telah memasuki bulan Dzulhijjah dan berniat berkurban, maka ia tidak diperkenankan memotong kuku dan rambutnya hingga hewan kurbannya disembelih.
Also Read
Terdapat dua hadis yang menjadi landasan utama larangan ini. Pertama, hadis dari Ummu Salamah yang berbunyi: "Jika kalian telah menyaksikan hilal Dzul Hijah dan kalian ingin berqurban, maka hendaklah shohibul qurban membiarkan (artinya tidak memotong) rambut dan kukunya." Kedua, hadis yang serupa bunyinya, "Siapa saja yang ingin berqurban dan apabila telah memasuki awal Dzulhijah (1 Dzulhijah), maka janganlah ia memotong rambut dan kukunya sampai ia berqurban."
Larangan ini berlaku sejak awal Dzulhijjah hingga hewan kurban disembelih. Ini berarti, bagi mereka yang berniat berkurban, ada jeda waktu tertentu di mana mereka tidak diperbolehkan memotong kuku dan rambut.
Lebih dari sekadar aturan fiqih, larangan ini juga mengandung makna simbolis. Dalam pandangan sebagian ulama, larangan ini bertujuan agar seluruh anggota tubuh, termasuk rambut dan kuku, turut merasakan pengorbanan yang dilakukan. Dengan tidak memotongnya, seolah-olah tubuh ini sedang dalam keadaan ihram, layaknya orang yang sedang berhaji atau umrah.
Bukan Sekadar Larangan Fisik
Namun, perlu dipahami bahwa larangan ini bukanlah sekadar aturan fisik semata. Lebih dari itu, ini adalah momen refleksi diri dan peneguhan niat. Ini adalah pengingat bahwa kita sedang mempersiapkan diri untuk sebuah ibadah yang besar dan penuh makna.
Larangan ini juga dapat menjadi pengingat bahwa ibadah kurban bukan hanya sekadar menyembelih hewan, tetapi juga tentang membersihkan diri dari berbagai keburukan, termasuk sifat-sifat yang tidak terpuji. Jadi, sambil menunggu pelaksanaan kurban, kita diingatkan untuk terus berintrospeksi dan memperbaiki diri.
Implementasi di Era Modern
Di era modern ini, kita sering kali terjebak dalam rutinitas dan hal-hal praktis sehari-hari. Larangan memotong kuku dan rambut bisa jadi terlihat sepele, bahkan mungkin memberatkan. Namun, di situlah letak hikmahnya. Larangan ini mengajak kita untuk sejenak keluar dari rutinitas, menahan diri dari hal-hal yang dianggap biasa, dan merenungkan makna kurban yang sesungguhnya.
Ini adalah momentum untuk kembali kepada esensi ibadah, bukan sekadar menjalankan ritual tanpa makna. Ini adalah kesempatan untuk meningkatkan kualitas spiritual kita dan semakin mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Kesimpulan
Menjelang Iduladha, larangan memotong kuku dan rambut bagi mereka yang berkurban bukan sekadar aturan yang harus diikuti, tetapi juga merupakan pengingat yang sarat makna. Ini adalah momen untuk refleksi, peneguhan niat, dan persiapan spiritual. Dengan memahami makna di balik larangan ini, kita dapat menjalankan ibadah kurban dengan lebih khusyuk dan penuh penghayatan. Jadi, mari sambut Iduladha dengan hati yang bersih dan jiwa yang siap berkorban.