Blangkon, identik dengan pria Jawa, bukan sekadar penutup kepala. Jika diperhatikan lebih detail, ada satu ciri khas yang paling mencolok pada blangkon gaya Yogyakarta: tonjolan di bagian belakangnya. Benda yang ternyata punya nama dan kisah ini, seringkali memicu rasa penasaran. Apakah kamu juga salah satunya? Yuk, kita selami lebih dalam tentang ‘mondolan’ ini!
Mondolan: Lebih dari Sekadar Hiasan
Tonjolan yang seringkali sebesar telur di bagian belakang blangkon Yogyakarta ini disebut "mondolan." Mungkin sekilas terlihat hanya sebagai elemen dekoratif, namun jangan salah, mondolan menyimpan filosofi dan sejarah yang kaya. Bentuknya yang bulat dan menonjol ternyata punya makna yang dalam.
Makna dan Fungsi Mondolan dalam Balutan Tradisi
-
Penahan Rambut: Di masa lampau, para pria Jawa sering memelihara rambut panjang. Mondolan berfungsi sebagai ‘kantong’ yang menampung dan menahan rambut yang diikat, sehingga tidak berantakan dan tetap rapi di dalam blangkon. Rambut yang tertata di dalam mondolan inilah yang membentuk tonjolan khas tersebut.
Also Read
-
Simbol Kebulatan Tekad: Lebih dari sekadar fungsi praktis, mondolan juga menjadi simbol kebulatan tekad. Bentuknya yang padat dan kokoh melambangkan semangat pantang menyerah dan determinasi seorang pria dalam menghadapi segala tantangan dan tugas. Ini adalah pengingat bahwa setiap langkah harus diambil dengan keyakinan dan keteguhan hati.
-
Identitas Khas Yogyakarta: Mondolan adalah ciri pembeda yang paling mencolok antara blangkon Yogyakarta dengan blangkon dari daerah lain. Jika kamu melihat blangkon dengan mondolan, hampir bisa dipastikan itu adalah blangkon khas Yogyakarta. Ini menjadikannya simbol kuat dari identitas budaya dan tradisi Yogyakarta.
Bagian-Bagian Blangkon Yogyakarta Lainnya yang Perlu Kamu Tahu
Selain mondolan, blangkon Yogyakarta juga terdiri dari bagian-bagian lain yang tak kalah penting:
-
Wiron: Kain yang dilipat-lipat seperti tangga yang melingkari blangkon. Jumlah lipatannya bervariasi, dari 11 hingga 17, konon melambangkan jumlah rakaat dalam sholat sehari. Wiron berfungsi untuk membuat blangkon pas dan nyaman dikenakan.
-
Kuncung: Bagian seperti lidah di depan mondolan, di bawah atau di atas wiron. Bentuknya mirip wajik atau persegi empat dan menambah estetika blangkon.
-
Tengahan: Bagian tipis yang menghubungkan wiron kanan dan kiri, serta bagian depan dan mondolan. Bagian ini menjaga agar semua bagian blangkon tetap menyatu dan kokoh.
-
Sintingan: Bentuknya seperti sayap di belakang blangkon, di bawah tengahan dan menghimpit mondolan. Pada blangkon Mataram, sintingan menempel pada badan blangkon, sedangkan pada blangkon gaya Senopaten, sintingan dibiarkan terlepas sehingga tampak lebih dinamis.
Blangkon di Era Modern: Simbol Budaya yang Tetap Lestari
Saat ini, blangkon tidak lagi eksklusif untuk kalangan keraton. Banyak pengrajin di Yogyakarta yang memproduksi blangkon untuk dijual kepada masyarakat umum, bahkan sering dijadikan souvenir eksklusif. Ini adalah upaya nyata dalam melestarikan warisan budaya dan mengenalkan keindahan blangkon Yogyakarta ke seluruh dunia.
Pesan yang Terkandung Dalam Setiap Lipatan
Blangkon bukan sekadar aksesori, melainkan identitas dan simbol budaya yang sangat berharga. Setiap bagiannya, dari mondolan hingga wiron, memiliki makna dan filosofinya masing-masing. Memahami makna di balik blangkon membantu kita lebih menghargai warisan budaya Indonesia, khususnya Yogyakarta.
Jadi, lain kali ketika melihat seorang pria mengenakan blangkon dengan mondolan, ingatlah bahwa di balik tonjolan tersebut ada cerita dan semangat yang patut kita hargai. Mari terus lestarikan budaya kita, karena di dalamnya terdapat kearifan yang tak ternilai.