Momentum Idul Adha selalu dinanti, bukan hanya karena kehangatan silaturahmi, tapi juga ibadah kurban yang menjadi inti perayaan. Namun, di balik semaraknya, ada ketentuan waktu yang patut dipahami agar kurban kita sah dan bernilai ibadah. Lebih dari sekadar ritual tahunan, penyembelihan kurban adalah refleksi ketundukan pada syariat.
Waktu penyembelihan kurban, sebagaimana ditegaskan oleh Rasulullah SAW, dimulai setelah shalat Idul Adha pada 10 Dzulhijjah dan berlangsung hingga sebelum matahari terbenam pada 13 Dzulhijjah. Ini bukan sekadar batasan waktu, melainkan juga cerminan dari hikmah yang mendalam. Pelaksanaan setelah shalat Id mencerminkan ketaatan dan kesatuan umat dalam beribadah. Penyembelihan sebelum shalat Id, menurut hadis, hanya dianggap sebagai penyembelihan daging biasa, bukan kurban.
Rentang waktu empat hari ini memberikan fleksibilitas bagi umat Islam untuk melaksanakan kurban dengan tertib. Namun, dianjurkan penyembelihan dilakukan pada pagi hari setelah sholat Idul Adha. Mengapa? Selain meneladani sunnah Rasulullah, waktu pagi juga menjamin kondisi hewan yang lebih segar dan memudahkan pendistribusian daging kurban. Proses distribusi yang cepat memastikan kebahagiaan Idul Adha dapat dirasakan oleh lebih banyak orang.
Also Read
Penting untuk diingat, penyembelihan kurban bukanlah sekadar memotong hewan, tapi juga tentang proses yang benar. Hewan kurban harus dalam kondisi sehat dan layak, disembelih oleh Muslim yang baligh dan berakal, dengan menggunakan alat tajam agar prosesnya cepat dan mengurangi penderitaan hewan. Selain itu, penyembelihan harus diawali dengan menyebut nama Allah.
Ada beberapa sunnah yang melengkapi ibadah kurban. Misalnya, membiarkan hewan melihat air sebelum disembelih agar tenang, membaringkannya dengan lembut, dan menjauhkan pisau dari pandangan hewan. Ini bukan hanya soal teknis penyembelihan, tetapi juga tentang penghormatan dan belas kasih kepada makhluk Allah.
Lebih dari itu, ibadah kurban mengandung hikmah yang dalam. Ia mengajarkan kita tentang syukur atas nikmat Allah, tentang keikhlasan berbagi, dan tentang ketundukan pada perintah-Nya. Kurban juga mengingatkan kita pada kisah pengorbanan Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS, yang mengajarkan nilai ketaatan dan keikhlasan dalam beribadah.
Namun, ibadah kurban juga harus dibarengi dengan kesadaran ekologis. Pembuangan limbah kurban, seperti darah dan jeroan, harus dilakukan dengan benar agar tidak mencemari lingkungan. Pemanfaatan daging kurban juga harus optimal, sehingga tidak ada daging yang terbuang percuma. Kesadaran ini akan membuat ibadah kurban semakin bermakna.
Ibadah kurban adalah momen istimewa. Lebih dari sekadar ritual penyembelihan hewan, ia adalah manifestasi ketaatan, syukur, dan kepedulian. Memahami waktu yang tepat, proses yang benar, dan hikmah di balik ibadah ini, akan menjadikan kurban kita tidak hanya sah secara syariat, tetapi juga bermakna secara spiritual. Dengan demikian, Idul Adha bukan hanya perayaan, tetapi juga momentum refleksi dan peningkatan kualitas diri.