Workaholic: Kenali Tandanya, Jangan Sampai Jadi Kebiasaan Merusak Diri

Dea Lathifa

Review & Rekomendasi

Pernahkah kamu merasa gelisah jika tidak bekerja? Atau mungkin, kamu selalu merasa harus menyelesaikan pekerjaan, bahkan mengorbankan waktu istirahat dan hubungan dengan orang terdekat? Jika iya, hati-hati, bisa jadi kamu sedang berada di zona workaholic. Istilah ini bukan sekadar "gila kerja", tapi sebuah kondisi yang lebih dalam dan berpotensi merugikan.

Workaholic, atau kecanduan kerja, seringkali disalahartikan sebagai pekerja keras. Padahal, keduanya berbeda jauh. Pekerja keras bekerja dengan tujuan dan batasan yang jelas, sementara workaholic menjadikan pekerjaan sebagai pelarian dan kebutuhan yang tak terkendali. Mereka bekerja bukan karena tuntutan pekerjaan, tetapi karena dorongan internal yang kuat.

Mengapa Workaholic Berbahaya?

Workaholic bukan sekadar kebiasaan buruk, tetapi sebuah pola perilaku yang bisa merusak berbagai aspek kehidupan. Berikut adalah beberapa tanda yang patut diwaspadai:

  • Kerja adalah Segalanya: Seorang workaholic selalu memprioritaskan pekerjaan di atas segalanya. Libur, acara keluarga, bahkan kebutuhan pribadi seperti makan dan istirahat sering kali diabaikan. Mereka rela lembur hingga larut malam dan sulit melepaskan diri dari pekerjaan.

  • Isolasi Sosial: Terlalu sibuk bekerja membuat workaholic cenderung mengisolasi diri dari lingkungan sosial. Hubungan dengan teman dan keluarga menjadi renggang karena mereka lebih memilih bekerja daripada bersosialisasi.

  • Abai Kebutuhan Dasar: Dorongan untuk terus bekerja membuat workaholic sering lupa akan kebutuhan dasar. Mereka bisa lupa makan, kurang tidur, dan abai terhadap kesehatan fisik maupun mental.

  • Rentang Stress dan Depresi: Tekanan untuk terus bekerja dan ketidakmampuan untuk melepaskan diri dari pekerjaan membuat workaholic rentan mengalami stress, kecemasan, bahkan depresi. Pekerjaan juga seringkali dijadikan pelarian dari masalah lain dalam hidup.

  • Kesehatan Menurun: Kurang istirahat, pola makan tidak sehat, dan stress berkepanjangan dapat memicu berbagai masalah kesehatan. Workaholic seringkali tidak menyadari bahwa tubuh mereka membutuhkan istirahat yang cukup.

  • Konflik dengan Orang Terdekat: Tidak meluangkan waktu untuk orang terdekat dapat merusak hubungan. Pasangan, keluarga, dan teman merasa diabaikan dan tidak diprioritaskan. Konflik dan pertengkaran pun tak terhindarkan.

  • Sulit Mengontrol Emosi: Saat stress dengan pekerjaan, workaholic cenderung mudah marah dan sulit mengontrol emosi. Hal ini bisa memicu konflik dengan rekan kerja dan orang-orang terdekat.

Workaholic vs Pekerja Keras: Apa Bedanya?

Penting untuk membedakan antara workaholic dan pekerja keras. Pekerja keras bekerja dengan tekun dan bertanggung jawab, tetapi mereka juga tahu kapan harus beristirahat dan memprioritaskan hal lain dalam hidup. Sementara workaholic didorong oleh kebutuhan yang tidak sehat dan tidak terkendali. Perbedaan mendasar antara keduanya terletak pada alasan dan motivasi bekerja.

Mengatasi Kecanduan Kerja

Jika kamu merasa memiliki tanda-tanda workaholic, jangan panik. Ada beberapa langkah yang bisa kamu lakukan untuk mengatasi kondisi ini:

  1. Sadar Diri: Akui bahwa kamu memiliki masalah dan ingin berubah. Ini adalah langkah pertama yang penting untuk memulai proses pemulihan.

  2. Batasi Waktu Kerja: Tetapkan batasan waktu yang jelas untuk bekerja dan patuhi aturan tersebut. Jangan biarkan pekerjaan menguasai seluruh hidupmu.

  3. Prioritaskan Istirahat: Luangkan waktu yang cukup untuk istirahat dan tidur. Jangan sampai tubuhmu kelelahan karena terlalu banyak bekerja.

  4. Jalin Hubungan Sosial: Habiskan waktu bersama keluarga dan teman. Jangan biarkan kesibukan kerja mengisolasi dirimu.

  5. Cari Kegiatan Lain: Temukan hobi atau kegiatan lain di luar pekerjaan yang bisa membuatmu rileks dan bahagia.

  6. Cari Bantuan Profesional: Jika kamu merasa kesulitan mengatasi kecanduan kerja sendiri, jangan ragu untuk mencari bantuan dari psikolog atau konselor.

Workaholic adalah kondisi yang perlu diwaspadai. Jangan biarkan pekerjaan mengontrol hidupmu. Temukan keseimbangan antara karir dan kehidupan pribadi agar kamu bisa menjalani hidup yang lebih sehat dan bahagia. Ingat, bekerja keras itu penting, tetapi kesehatan fisik dan mental juga tidak kalah pentingnya.

Baca Juga

20 Inspirasi Model Rambut Bob Pendek Wanita: Tampil Segar dan Stylish

Husen Fikri

Siapa bilang rambut pendek itu membosankan? Model rambut bob pendek justru menawarkan fleksibilitas dan kesan yang segar. Dari gaya yang ...

Raim Laode Komika Wakatobi Viral Lewat Lagu Komang

Dea Lathifa

Wajahnya mungkin tak asing lagi menghiasi layar kaca, seorang komika yang kini menjelma jadi penyanyi dengan lagu yang menggema di ...

Cahyaniryn: Dari Purwodadi Merajai TikTok, Profil, Karir, dan Kisah Inspiratif di Balik Layar

Dea Lathifa

Fenomena selebriti TikTok terus bermunculan, dan salah satu yang paling mencuri perhatian adalah Cahyaniryn. Bukan sekadar joget-joget biasa, gadis asal ...

Efektivitas Reklame: Lebih dari Sekadar Papan Iklan Besar

Dea Lathifa

Reklame, sering kali kita temui dalam bentuk papan iklan raksasa di pinggir jalan, ternyata memiliki peran yang jauh lebih dalam ...

Cinta Tak Padam Meski Cemburu Membara: Mengulik Makna "Dengan Caraku"

Dea Lathifa

Lagu "Dengan Caraku" yang dipopulerkan oleh Brisia Jodie dan Arsy Widianto, kembali menghiasi perbincangan para penikmat musik. Dirilis pada 2018, ...

Tulip Jingga Simbol Kebahagiaan dan Kehangatan dari Turki ke Seluruh Dunia

Maulana Yusuf

Bunga tulip, dengan kelopaknya yang elegan dan warna-warni cerah, telah lama memikat hati banyak orang di seluruh dunia. Namun, tahukah ...

Tinggalkan komentar