Alas Baluran, sebuah hutan yang menjadi bagian dari Taman Nasional Baluran di Jawa Timur, memang terkenal dengan keindahan alamnya yang memukau. Namun, di balik pesona savana dan kehidupan liar yang eksotis, tersimpan berbagai kisah mistis yang telah lama beredar di masyarakat. Legenda-legenda ini bukan sekadar cerita pengantar tidur, melainkan bagian tak terpisahkan dari budaya dan kepercayaan lokal. Mari kita selami 5 kisah mistis Alas Baluran yang kerap dibicarakan:
1. Raja Kera dan Pasukan Siluman
Bukan sekadar kera biasa, konon Alas Baluran dihuni oleh siluman kera yang dipimpin oleh seorang raja. Makhluk ini dipercaya memiliki kekuatan magis dan sangat menjaga kesucian hutan. Mitos ini berkembang sebagai pengingat agar para pengunjung tidak merusak lingkungan atau bertindak sembarangan di dalam kawasan Alas Baluran. Masyarakat percaya, jika hutan dikotori, raja kera dan pasukannya tak segan menampakkan diri.
2. Muksa Mbah Cungking, Sang Pertapa Sakti
Tokoh Mbah Cungking bukan sekadar legenda, melainkan sosok pertapa yang dihormati. Ia dikenal sebagai figur penting bagi masyarakat sekitar Alas Baluran. Keunikan kisah Mbah Cungking adalah kepercayaan bahwa ia tidak meninggal, melainkan menghilang atau muksa dari dunia fana. Keberadaannya diyakini masih menjaga kawasan Alas Baluran, dan masyarakat seringkali memberikan penghormatan kepadanya.
Also Read
3. Khasiat Air Awet Muda dari Bak Manting
Bak Manting, sebuah sumber air di Alas Baluran, dipercaya memiliki kaitan erat dengan Mbah Cungking. Konon, tempat ini merupakan sumber air minum sang pertapa. Namun, lebih dari itu, air Bak Manting juga dipercaya memiliki khasiat membuat awet muda. Masyarakat sekitar kerap memanfaatkannya, tentu dengan ritual dan penghormatan tertentu, bukan sekadar untuk mengambil air biasa.
4. Sakralnya Candi Bang dan Ritual di Bulan Suro
Candi Bang, bukanlah candi dalam arti bangunan kuno, melainkan petilasan yang dipercaya sebagai tempat bersemayam Datuk Syah. Tempat ini dianggap sakral oleh masyarakat sekitar. Setiap tanggal 1 Suro, masyarakat menggelar ritual dan memberikan sesaji di Candi Bang. Tradisi ini merupakan wujud penghormatan dan memohon perlindungan dari kekuatan gaib yang dipercaya bersemayam di sana.
5. Bahaya Saat Maghrib, Waktu Transisi Makhluk Gaib
Larangan melewati Alas Baluran saat Maghrib adalah salah satu kisah mistis yang paling sering diperingatkan. Masyarakat percaya bahwa waktu Maghrib adalah waktu transisi, ketika makhluk gaib mulai menampakkan diri. Melewati Alas Baluran saat waktu ini dianggap berbahaya dan bisa mengundang gangguan dari makhluk tak kasat mata. Mitos ini menjadi semacam rambu-rambu tak tertulis yang harus dipatuhi.
Lebih dari Sekadar Mitos:
Kisah-kisah mistis Alas Baluran ini bukan sekadar cerita horor, melainkan representasi dari kearifan lokal dan upaya menjaga kelestarian alam. Legenda tentang siluman kera, Mbah Cungking, hingga larangan Maghrib, pada dasarnya mengingatkan kita untuk selalu menghormati alam dan menjaga kesucian tempat yang kita kunjungi. Mitos-mitos ini menjadi bagian penting dari identitas budaya masyarakat sekitar, dan memberikan warna tersendiri bagi pengalaman berkunjung ke Alas Baluran. Sebagai pengunjung, penting bagi kita untuk menghargai tradisi ini, bukan sekadar menganggapnya sebagai cerita menakutkan belaka.