Ardhito Pramono, musisi indie yang dikenal dengan suara khasnya, kembali hadir di industri musik Indonesia setelah melewati masa rehabilitasi. Kali ini, ia membawa karya terbaru berjudul "Wijayakusuma", sebuah lagu yang bukan hanya menawarkan keindahan melodi, tetapi juga kedalaman makna yang terinspirasi dari mitos bunga Wijayakusuma.
Lagu ini menjadi penanda kembalinya Ardhito dengan sentuhan yang lebih matang dan berani. Jika sebelumnya kita sering mendengarkan lagu-lagu Ardhito yang bernuansa jazz dan pop dengan lirik personal, di "Wijayakusuma" ia mencoba mengeksplorasi tema yang lebih luas, bahkan menyentuh ranah spiritual.
Mitos dan Makna di Balik Bunga Wijayakusuma
Bunga Wijayakusuma, yang menjadi inspirasi utama lagu ini, memang dikenal dengan mitosnya yang unik. Dipercaya bisa menghidupkan kembali orang yang telah meninggal, bunga ini menyimpan aura misteri sekaligus harapan. Ardhito dengan cerdas mengolah mitos ini menjadi metafora dalam liriknya. Ia tidak serta merta menggambarkan kekuatan magis bunga tersebut, tetapi lebih kepada refleksi diri tentang keberadaan dan penerimaan.
Also Read
Penggalan lirik, "Di cermin yang ada, tak dianggap ada," menjadi bukti bagaimana Ardhito menggunakan mitos Wijayakusuma sebagai cermin untuk melihat ke dalam dirinya sendiri. Lirik ini bisa ditafsirkan sebagai pengakuan atas masa lalu, di mana mungkin ia merasa tidak terlihat atau tidak dianggap. Namun, ada juga harapan tersirat tentang "kebangkitan" atau rekonsiliasi dengan diri sendiri, layaknya mitos bunga Wijayakusuma.
Sentuhan Jawa yang Memperkaya Nuansa
Tidak hanya dari segi lirik, Ardhito juga memberikan sentuhan yang berbeda pada aransemen musiknya. Ia menghadirkan alunan sinden yang khas Jawa, menambah kekayaan nuansa dalam lagu ini. Sentuhan ini bukan hanya sekadar pemanis, tetapi juga memperkuat identitas lagu sebagai karya yang lahir dari budaya Indonesia. Perpaduan antara musik modern dan tradisional menciptakan harmoni yang unik, membuat "Wijayakusuma" terasa begitu khas dan memikat.
Ardhito tidak hanya menunjukkan kepiawaiannya dalam bermusik, tetapi juga kecintaannya pada budaya bangsa. Ini adalah langkah yang cerdas, terutama di tengah arus globalisasi. Ia mampu menghadirkan musik yang relevan dengan selera masa kini, namun tetap berakar pada tradisi.
Lebih Dari Sekedar Lagu
"Wijayakusuma" bukan sekadar lagu pop yang enak didengar. Ini adalah karya seni yang memuat refleksi, harapan, dan kekayaan budaya. Ardhito Pramono berhasil membuktikan bahwa musik bisa menjadi wadah untuk merenungkan diri, mengenali akar budaya, dan menyampaikan pesan yang mendalam.
Kembalinya Ardhito dengan karya ini layak diapresiasi. "Wijayakusuma" bukan hanya sekadar lagu tentang bunga dan mitos, tetapi juga sebuah pengingat bahwa setiap individu memiliki potensi untuk "bangkit" dan menjadi lebih baik, layaknya bunga Wijayakusuma yang mekar dengan indahnya. Lagu ini mengajak kita untuk merenung, melihat diri sendiri lebih dalam, dan menghargai keindahan di sekitar kita.