Menjelang pesta demokrasi, nama Ari Dwipayana, seorang akademisi dan kini Koordinator Staf Khusus Presiden, ikut mencuat ke permukaan. Sorotan publik tertuju padanya seiring dengan aksi sejumlah sivitas akademika Departemen Politik dan Pemerintahan Universitas Gadjah Mada (UGM) yang menyuarakan aspirasi di halaman Fisipol UGM. Lantas, siapa sebenarnya sosok Ari Dwipayana dan apa perannya dalam pusaran politik saat ini?
Pria kelahiran 24 Februari 1972 ini bukan nama baru di lingkungan UGM. Ari, begitu ia akrab disapa, merupakan dosen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) UGM. Kiprahnya di dunia akademik telah dimulai sejak 1997, setelah menamatkan pendidikan S1 dan S2 di jurusan Ilmu Pemerintahan dan Ilmu Politik di universitas yang sama. Selain mengajar, ia juga dikenal sebagai pengamat politik yang kerap memberikan analisis dan pandangan terkait isu-isu terkini.
Lebih dari sekadar seorang akademisi, Ari Dwipayana juga aktif dalam berbagai kegiatan penelitian dan pemberdayaan masyarakat. Ia tercatat sebagai peneliti di Institute for Research Empowerment Yogyakarta dan Sekretaris Yayasan Interfidei Yogyakarta. Dedikasinya pada pengembangan masyarakat juga ditunjukkan dengan pendirian Yayasan Uluangkep pada Januari 2003, sebuah organisasi non-pemerintahan yang fokus pada penelitian dan pemberdayaan desa adat di Bali. Pada tahun 2011, Ari dipercaya memimpin Yayasan Tat Twam Asi, Yogyakarta.
Also Read
Karier Ari di pemerintahan dimulai saat Presiden Joko Widodo mengangkatnya sebagai salah satu staf khusus. Ia kemudian menjadi bagian dari Tim Komunikasi Presiden, berkolaborasi dengan Sukardi Rinakit untuk menyampaikan informasi dan penjelasan terkait kegiatan presiden kepada publik. Posisi ini menempatkannya di garis depan dalam mengkomunikasikan kebijakan pemerintah kepada masyarakat.
Perjalanan karier Ari Dwipayana, dari seorang dosen dan peneliti hingga menjadi salah satu orang penting di lingkaran Istana, menunjukkan bahwa ilmu dan pemikiran akademis bisa berperan aktif dalam dinamika politik dan pemerintahan. Di tengah hiruk pikuk pemilu, kehadirannya sebagai jembatan antara dunia akademik, masyarakat, dan pemerintah menjadi semakin relevan.
Munculnya aksi sivitas akademika UGM turut menambah dimensi dalam sorotan publik terhadap Ari Dwipayana. Hal ini memicu pertanyaan tentang sejauh mana peran seorang akademisi dapat tetap independen ketika berinteraksi dengan kekuasaan, serta bagaimana pandangan dan pemikiran Ari terkait isu-isu krusial saat ini.
Ke depan, publik akan terus menantikan bagaimana Ari Dwipayana memainkan perannya dalam dinamika politik, khususnya dalam menjaga komunikasi yang efektif antara pemerintah dan masyarakat, sembari tetap berpegang teguh pada nilai-nilai akademis yang selama ini dianutnya.