Bacharuddin Jusuf Habibie, atau yang lebih akrab disapa BJ Habibie, bukan sekadar nama. Ia adalah simbol kecerdasan, inovasi, dan cinta yang mendalam. Kisahnya, yang sering kali diangkat ke layar lebar, tak pernah lekang oleh waktu. Lebih dari seorang insinyur dan politikus, Habibie adalah seorang visioner yang meletakkan fondasi kemajuan teknologi Indonesia.
Perjalanan hidup Habibie dimulai dari Parepare, Sulawesi Selatan. Pendidikan dasarnya di Sekolah Muhammadiyah Parepare dan berlanjut hingga Sekolah Teknik Menengah di Makassar, telah menumbuhkan minatnya pada bidang teknik. Jiwanya terusik oleh dunia penerbangan, sebuah dunia yang pada masa itu tampak seperti mimpi yang sulit digapai oleh anak bangsa. Namun, mimpi itu tak pernah padam.
Habibie muda menempuh pendidikan di Institut Teknologi Bandung (ITB), tempat ia menimba ilmu teknik penerbangan hingga meraih gelar insinyur pada tahun 1960. Namun, langkahnya tak berhenti di sana. Ia melanjutkan studi ke Jerman, meraih gelar doktor dari Technische Hochschule Aachen (RWTH Aachen University) pada tahun 1965. Pengalamannya bekerja di perusahaan penerbangan terkemuka, Messerschmitt-Bölkow-Blohm (MBB) dan Boeing, semakin mengasah keahliannya.
Also Read
Panggilan Ibu Pertiwi membawanya kembali ke Indonesia pada tahun 1974. Presiden Soeharto memintanya untuk memimpin pengembangan industri penerbangan. Habibie tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Ia mendirikan Lembaga Penelitian dan Pengembangan Teknologi (LPPT), yang kemudian menjadi pusat inovasi teknologi di Indonesia. Di bawah kepemimpinannya, lahir berbagai proyek teknologi, termasuk yang paling monumental, IPTN N-250, pesawat terbang pertama karya anak bangsa.
Namun, Habibie tak hanya dikenal karena pencapaiannya di bidang teknologi. Kisah cintanya dengan Hasri Ainun Habibie, yang dinikahinya pada tahun 1962, adalah kisah yang menyentuh hati banyak orang. Harmoni dan cinta dalam pernikahan mereka menjadi inspirasi, bukti bahwa kesuksesan dan kehidupan pribadi yang bahagia dapat berjalan seiringan. Kisah cinta mereka abadi, terus dikenang dan diceritakan dari generasi ke generasi.
Kontribusi Habibie untuk bangsa dan negara tak terhitung jumlahnya. Penghargaan dan gelar kehormatan dari dalam dan luar negeri adalah bukti nyata pengakuan atas dedikasinya. Beberapa di antaranya adalah Bintang Mahaputera Adipradana dari Republik Indonesia, Order of Diplomatic Service Merit (Grand Gwanghwa Medal) dari Korea Selatan, serta berbagai penghargaan lainnya dari Venezuela, Italia, Spanyol, dan Jerman.
Kepergian Habibie pada 11 September 2019 di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta, meninggalkan duka yang mendalam bagi bangsa Indonesia. Namun, warisannya akan terus hidup dalam inovasi, teknologi, dan cinta yang ia berikan. Habibie adalah sosok yang tak hanya menginspirasi, tetapi juga memberikan teladan tentang bagaimana mimpi dapat diwujudkan dengan kerja keras dan kecintaan yang mendalam terhadap bangsa dan negara. Ia bukan hanya seorang ilmuwan, tetapi juga seorang role model yang mengajarkan tentang pentingnya inovasi, kerja keras, dan cinta yang abadi. BJ Habibie, sang pionir teknologi Indonesia, akan selalu dikenang sebagai salah satu putra terbaik bangsa.