Aksi seorang anggota kepolisian, Bripka Edi Purwanto, yang mengancam pengguna jalan dengan senjata tajam di Palembang, viral di media sosial dan menuai kecaman publik. Insiden ini kembali mencoreng citra institusi kepolisian dan memunculkan pertanyaan tentang penegakan hukum serta pengendalian emosi di kalangan aparat.
Kasus ini bermula dari kecelakaan lalu lintas yang melibatkan anak Bripka Edi. Menurut informasi yang beredar, anak Bripka Edi, yang mengemudikan mobil Fortuner, terlibat tabrakan dengan kendaraan lain pada 18 Desember 2023. Bripka Edi kemudian mendatangi lokasi kejadian dengan menggunakan mobil Alphard. Namun, alih-alih menyelesaikan masalah dengan baik, ia justru terlibat adu mulut dengan pihak lawan. Puncaknya, Bripka Edi mengeluarkan senjata tajam dan melakukan pengancaman, yang kemudian direkam oleh salah seorang penumpang mobil korban.
Video pengancaman ini dengan cepat menyebar di media sosial, memicu gelombang kemarahan publik. Aksi Bripka Edi dianggap sebagai tindakan arogan dan penyalahgunaan wewenang. Pihak Polda Sumsel pun merespons dengan cepat. Kabid Humas Polda Sumsel, Kombes Pol Drs Supriadi, menegaskan bahwa polisi adalah pelindung masyarakat dan seharusnya menahan diri dari tindakan yang merusak nama baik institusi. Bripka Edi pun dibebastugaskan dari jabatannya di Polsek Muara Padang, Polres Banyuasin, Sumsel.
Also Read
Korban pengancaman, Dodi Tisna Amijaya, telah melaporkan kejadian ini ke Polrestabes Palembang. Bripka Edi kini dijerat dengan pasal 335 KUHP tentang pengancaman. Lebih lanjut, kasus ini juga ditangani oleh Propam Polda Sumsel untuk menentukan sanksi disiplin yang akan diberikan.
Kasus ini menjadi pengingat bahwa kekerasan dan arogansi tidak dibenarkan, apalagi dilakukan oleh aparat penegak hukum. Masyarakat berharap proses hukum berjalan transparan dan adil, serta menjadi pembelajaran bagi seluruh anggota kepolisian agar lebih profesional dan humanis dalam menjalankan tugasnya. Perlu adanya evaluasi menyeluruh terhadap sistem rekrutmen dan pelatihan kepolisian agar kejadian serupa tidak terulang di kemudian hari. Selain itu, pengawasan internal dan keberanian untuk menindak tegas anggota yang melanggar juga harus terus ditingkatkan untuk memulihkan kepercayaan publik.
Kejadian ini membuka diskusi yang lebih dalam tentang pentingnya pengendalian emosi dan kemampuan penyelesaian konflik di kalangan aparat. Masyarakat berharap agar aparat kepolisian menjadi teladan yang baik dan memberikan rasa aman, bukan justru menjadi sumber ketakutan dan kekhawatiran.