Budiman Sudjatmiko: Dari Aktivis PRD Hingga Dukung Prabowo, Ini Profil Lengkapnya

Husen Fikri

Serba Serbi Kehidupan

Siapa yang tak kenal Budiman Sudjatmiko? Mantan politikus PDIP yang kini menjadi sorotan karena manuver politiknya. Pada 27 Januari lalu, ia kembali mengkritisi perpindahan dukungan politikus ke pasangan calon nomor urut 2. Tapi, siapa sebenarnya sosok yang satu ini? Mari kita bedah profil dan perjalanan hidupnya.

Lahir di Cilacap pada 10 Maret 1970, Budiman Sudjatmiko bukan hanya seorang politikus, tapi juga seorang aktivis dan bahkan pernah menjajal dunia peran. Perjalanan pendidikannya dimulai di SD Negeri Pengadilan 2 Bogor, berlanjut ke SMP Negeri 1 Cilacap, lalu SMA Negeri 5 Bogor dan SMA Muhammadiyah 1 Yogyakarta, lulus pada tahun 1989. Ia sempat berkuliah di Universitas Gadjah Mada, namun tak sampai tuntas karena kesibukannya dalam gerakan mahasiswa.

Budiman memang sudah aktif berorganisasi sejak bangku SMP. Ia pernah menjadi bagian dari Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) saat SMA. Ketertarikannya pada isu-isu sosial dan politik terus tumbuh, membawanya terlibat aktif dalam gerakan mahasiswa saat kuliah. Ia bahkan memilih terjun menjadi community organizer, fokus pada pemberdayaan petani dan buruh perkebunan di Jawa Tengah dan Jawa Timur, ketimbang menyelesaikan studinya.

Titik balik dalam hidup Budiman terjadi pada tahun 1996 ketika ia mendeklarasikan Partai Rakyat Demokratik (PRD). Tindakan ini membuatnya harus berurusan dengan hukum di bawah rezim Orde Baru. Ia divonis 13 tahun penjara, namun hanya menjalani tiga tahun hukuman setelah mendapat amnesti dari Presiden Abdurrahman Wahid pada 10 Desember 1999.

Keluar dari penjara, Budiman tidak lantas patah arang. Ia kembali ke dunia politik dan bergabung dengan PDIP pada akhir 2004. Ia bahkan mendirikan RELAWAN PERJUANGAN DEMOKRASI (REPDDEM), sebuah organisasi sayap partai.

Kiprahnya di PDIP terbilang signifikan. Budiman terpilih menjadi anggota DPR RI dari daerah pemilihan Jawa Tengah VIII selama dua periode, yakni 2009-2019. Ia dikenal aktif dalam penyusunan Undang-Undang Desa, bahkan menjabat sebagai Wakil Ketua Panitia Khusus Rancangan Undang-Undang Desa. Perjuangannya dalam RUU Desa ini memberikan dampak positif pada pemberdayaan masyarakat di tingkat desa, sebuah bukti bahwa ia peduli pada akar rumput.

Tak hanya berkiprah di dalam negeri, Budiman juga aktif di kancah internasional. Ia menjadi pengurus Steering Committee dari Social-Democracy Network in Asia. Budiman juga terlibat dalam Inovator 4.0 Indonesia, sebuah wadah kolaborasi antara akademisi, peneliti, dan praktisi untuk mendorong inovasi di berbagai bidang. Ini menunjukkan sisi visioner dan keingintahuannya terhadap perkembangan zaman.

Namun, perjalanan Budiman di PDIP harus berakhir pada Agustus 2023. Keputusannya untuk mendukung Prabowo Subianto dalam Pilpres 2024 menjadi alasan pemecatannya. Ia resmi dipecat setelah menandatangani surat pemecatan yang disampaikan langsung oleh Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, dan Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto. Perbedaan pandangan politik membuatnya harus mengakhiri perjalanan panjangnya di partai berlambang banteng moncong putih itu.

Insight dan Perspektif Baru

Perjalanan Budiman Sudjatmiko ini menggambarkan seorang tokoh yang dinamis dan penuh kontradiksi. Ia adalah aktivis yang berani melawan rezim, namun kemudian memilih jalur politik formal. Ia adalah politikus yang berjuang untuk rakyat kecil, namun pada akhirnya berseberangan dengan partainya sendiri.

Manuver politik Budiman, khususnya keputusannya mendukung Prabowo, menjadi ironi tersendiri. Seorang aktivis yang dulunya dikenal sebagai oposisi, kini mendukung tokoh yang pernah menjadi bagian dari rezim yang ia lawan. Ini menimbulkan pertanyaan besar tentang konsistensi ideologi dan prinsip politik.

Budiman Sudjatmiko mengajarkan kita bahwa dunia politik memang penuh dengan dinamika dan perubahan. Sosoknya menjadi cerminan bahwa tidak ada yang abadi dalam politik, dan bahwa setiap individu memiliki hak untuk menentukan pilihan politiknya sendiri, meskipun itu berarti berseberangan dengan pandangan orang lain. Namun, penting juga untuk mengingat bahwa setiap pilihan memiliki konsekuensi, dan konsekuensi dari pilihan politik Budiman adalah berakhirnya perjalanan panjangnya di PDIP.

Kisah Budiman adalah kisah tentang seorang individu yang terus berevolusi, mencoba mencari jalan terbaik untuk berkontribusi bagi bangsa dan negara. Perjalanan hidupnya patut menjadi bahan refleksi bagi kita semua, tentang bagaimana kita menyikapi perubahan, perbedaan, dan pilihan-pilihan sulit dalam hidup.

Baca Juga

10 Rekomendasi Celana Dalam Pria Terbaik: Nyaman, Berkualitas, dan Harga Terjangkau

Husen Fikri

Bingung memilih hadiah untuk pria tersayang? Jangan khawatir, celana dalam bisa menjadi pilihan yang tepat! Selain berfungsi sebagai pakaian dalam, ...

Somebody Pleasure Aziz Hendra, Debut yang Mengoyak Hati Lewat Nada

Maulana Yusuf

Lagu "Somebody Pleasure" dari Aziz Hendra mungkin masih terdengar asing bagi sebagian orang. Namun, di kalangan pengguna TikTok, lagu ini ...

Arya Mohan: Dari Anak Sekolah Gemas Hingga Bodyguard Jahil di Private Bodyguard

Sarah Oktaviani

Aktor muda Arya Mohan kini tengah mencuri perhatian publik lewat perannya sebagai Helga dalam serial "Private Bodyguard". Kemunculannya menambah daftar ...

9 Negara Paling Dibenci di Dunia: Konflik, Sejarah Kelam, hingga Isu Sosial

Dea Lathifa

Setiap negara, layaknya individu, memiliki sisi yang disukai dan tidak disukai. Namun, ada beberapa negara yang tampaknya lebih sering menjadi ...

20 Inspirasi Model Rambut Bob Pendek Wanita: Tampil Segar dan Stylish

Husen Fikri

Siapa bilang rambut pendek itu membosankan? Model rambut bob pendek justru menawarkan fleksibilitas dan kesan yang segar. Dari gaya yang ...

Hukum Hujan-Hujanan Saat Puasa: Tak Sengaja Tertelan, Puasa Tetap Sah

Maulana Yusuf

Bulan Ramadan tahun ini disambut dengan curah hujan yang cukup tinggi di berbagai wilayah. Fenomena ini memunculkan pertanyaan di kalangan ...

Tinggalkan komentar