Budiman Sudjatmiko, nama yang tak asing dalam kancah perpolitikan Indonesia, terus menjadi sorotan. Lahir di Cilacap pada 10 Maret 1970, jejaknya terukir sebagai seorang aktivis reformasi yang berani, kemudian bertransformasi menjadi politisi yang strategis. Perjalanan hidupnya yang penuh liku, dari jalanan hingga Senayan, memberikan pelajaran berharga tentang dinamika politik Indonesia.
Nama Budiman melambung di era 1990-an sebagai motor penggerak gerakan mahasiswa yang vokal menentang rezim Orde Baru. Ia dikenal sebagai pendiri Partai Rakyat Demokratik (PRD), sebuah organisasi yang menghimpun berbagai elemen masyarakat, mulai dari mahasiswa, buruh, hingga petani yang berhaluan sosialis. PRD menjadi wadah perlawanan terhadap ketidakadilan dan otoritarianisme yang saat itu mencengkeram Indonesia.
Tragedi Kudatuli pada 27 Juli 1996, menjadi salah satu titik balik dalam hidup Budiman. Kerusuhan di kantor DPP PDI tersebut, menyeretnya ke balik jeruji besi. Ia dituduh sebagai dalang intelektual dan divonis 13 tahun penjara. Namun, Budiman justru melihat penjara sebagai "keberuntungan" karena di saat yang sama, banyak rekannya menjadi korban penculikan dan penghilangan paksa. Hukuman Budiman kemudian diringankan setelah mendapatkan amnesti dari Presiden Abdurrahman Wahid pada tahun 1999.
Also Read
Keluar dari penjara, Budiman tak lantas meninggalkan dunia politik. Ia bergabung dengan PDI Perjuangan pada tahun 2004 dan berhasil melenggang ke kursi DPR pada periode 2009-2014 dan 2014-2019. Di Senayan, Budiman menunjukkan kapasitasnya sebagai legislator. Ia dikenal sebagai salah satu arsitek Undang-Undang Desa, sebuah terobosan yang memberikan angin segar bagi pembangunan desa. Selain itu, ia juga aktif menginisiasi gerakan Inovator 4.0 Indonesia, menunjukkan kepeduliannya terhadap kemajuan teknologi dan inovasi.
Pendidikan juga menjadi perhatian Budiman. Setelah lulus dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, ia melanjutkan studinya di bidang politik di Universitas London dan meraih gelar Master Hubungan Internasional dari Universitas Cambridge, Inggris. Hal ini menunjukkan bahwa Budiman tidak hanya berbekal semangat perlawanan, tetapi juga wawasan yang luas dan mendalam.
Menariknya, Budiman kini terlihat memiliki kedekatan dengan Prabowo Subianto, tokoh yang dulunya berseberangan ideologi. Ia secara terbuka menyatakan kesamaan pandangan politik dengan Menteri Pertahanan tersebut, dan bersama-sama bertekad untuk menjaga dan menyelamatkan demokrasi Indonesia. Pergeseran ini bisa menjadi gambaran bahwa politik bukanlah soal kawan dan lawan abadi, melainkan tentang bagaimana mencapai tujuan yang sama untuk kemajuan bangsa.
Perjalanan Budiman Sudjatmiko adalah potret dinamika politik Indonesia yang penuh warna. Dari seorang aktivis jalanan yang lantang, kini ia menjadi figur politik yang matang dan strategis. Ia membuktikan bahwa seseorang dapat berubah, bertransformasi, dan terus berkontribusi bagi bangsa. Kiprahnya, baik di masa lalu maupun saat ini, memberikan inspirasi dan menjadi pelajaran bagi generasi muda Indonesia.