Dunia perfilman Indonesia kembali kehilangan salah satu sosok pentingnya, Dorman Borisman. Aktor senior yang dikenal dengan perannya sebagai orang Batak ini menghembuskan napas terakhir setelah berjuang melawan berbagai penyakit. Kepergian Dorman meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, rekan, dan para penggemarnya.
Dorman Borisman bukan sekadar aktor; ia adalah fenomena. Namanya melambung lewat berbagai film komedi dan drama, termasuk perannya dalam film klasik "Manusia Enam Juta Dollar" bersama Warkop DKI. Namun, kiprahnya tak terbatas pada layar lebar. Ratusan judul sinetron dan panggung teater telah ia jamah, membuktikan keuletan dan dedikasinya pada dunia seni peran. Selama lebih dari empat dekade, wajahnya menjadi pemandangan yang akrab di layar kaca dan bioskop tanah air.
Puncak popularitasnya mungkin terjadi saat ia membintangi sinetron "Saras 008". Perannya sebagai Mas Yudhis di sinetron ini begitu ikonik dan melekat di benak pemirsa. Namun, di balik semua itu, ada satu hal yang sering kali luput dari perhatian banyak orang, yaitu perannya yang khas sebagai karakter Batak.
Also Read
Peran ini muncul pertama kali ketika ia didapuk sebagai pengisi suara untuk film "Kecupan Pertama" pada tahun 1970. Sejak saat itu, tawaran untuk memerankan karakter Batak terus menghampirinya, mulai dari film remaja seperti "Anak-Anak Buangan" dan "Binalnya Anak Muda" hingga sinetron. Padahal, Dorman sendiri bukanlah keturunan Batak, melainkan Jawa tulen. Namun, ia menerima peran tersebut dengan tulus dan mengolahnya dengan begitu piawai. Kemampuannya menghidupkan karakter Batak membuatnya dikenal luas dan menjadi salah satu aktor yang sangat dihormati di industri perfilman Indonesia.
Perjalanan hidup Dorman Borisman tidaklah mudah. Di penghujung hayatnya, ia harus menghadapi perjuangan melawan berbagai penyakit seperti diabetes, stroke, dan leukemia. Kondisinya yang semakin memburuk mengharuskannya menjalani amputasi kaki kanan di atas lutut pada 30 April 2024. Proses operasi yang berat dan menyakitkan ini menjadi salah satu tantangan terbesar yang harus ia hadapi.
Sahabat dekatnya, Eddie Karsito, mengungkapkan betapa beratnya proses yang harus dilalui Dorman. Namun, di tengah cobaan yang begitu besar, Dorman tetap menunjukkan ketabahan dan kekuatan batin yang luar biasa. Potongan kaki hasil amputasi kemudian dimakamkan di halaman rumahnya, menjadi pengingat akan perjuangan panjangnya melawan penyakit.
Kepergian Dorman Borisman adalah kehilangan besar bagi dunia hiburan Indonesia. Bukan hanya karena kemampuan aktingnya yang luar biasa, tetapi juga karena dedikasi dan semangatnya yang patut diteladani. Ia telah meninggalkan jejak yang mendalam di hati para penikmat film dan sinetron tanah air. Dorman bukan hanya sekadar aktor, ia adalah simbol ketulusan, kerja keras, dan ketahanan.
Dorman Borisman telah berpulang, namun karya-karyanya akan terus dikenang. Kepergiannya menjadi pengingat akan pentingnya menghargai setiap individu, terlepas dari latar belakang dan asal-usulnya. Ia telah membuktikan bahwa bakat dan dedikasi adalah kunci untuk meraih kesuksesan, serta meninggalkan warisan berharga bagi generasi penerus dunia perfilman Indonesia. Selamat jalan, Dorman Borisman. Karya-karyamu akan abadi.