Edelweis: Bunga Abadi yang Dilindungi, Fakta Unik & Lokasi Budi Daya Legal

Dian Kartika

Serba Serbi Kehidupan

Siapa yang tak terpesona dengan keindahan bunga edelweis? Bunga yang sering dijuluki "bunga abadi" ini memang memiliki daya tarik tersendiri, terutama bagi para pendaki gunung. Namun, di balik keindahannya, ada fakta-fakta menarik dan juga kisah perlindungan yang penting untuk kita ketahui. Jangan sampai, kekaguman kita pada edelweis justru membawa kita pada tindakan yang merugikan.

Bukan Sekadar Bunga Biasa

Edelweis, dengan nama latin Anaphalis javanica, bukan hanya sekadar bunga liar yang tumbuh di pegunungan. Ia adalah simbol ketahanan dan keindahan yang tumbuh subur di ketinggian. Ditemukan di berbagai gunung di Indonesia, seperti Gunung Sumbing, Lawu, Merbabu, dan Gede Pangrango, edelweis telah menjadi bagian tak terpisahkan dari ekosistem pegunungan.

Fakta Menarik Seputar Edelweis:

  1. Raksasa Edelweis: Tahukah kamu bahwa edelweis bisa tumbuh raksasa? Di Gunung Sumbing, Jawa Tengah, pernah ditemukan edelweis dengan tinggi mencapai 8 meter dan diameter lubang 15 cm. Usianya pun diperkirakan lebih dari 100 tahun! Ini menunjukkan bahwa edelweis memiliki potensi pertumbuhan yang luar biasa.
  2. Akar Unik: Akar edelweis berkembang secara horizontal dan mengandung mikoriza. Mikoriza ini adalah jamur yang bersimbiosis dengan akar tanaman, membantu edelweis menyerap nutrisi dari tanah. Keunikan ini memungkinkan edelweis bertahan hidup di tanah tandus sekalipun.
  3. Bunga Para Pendaki: Tak heran jika edelweis sangat akrab di kalangan pendaki. Bunga ini sering menjadi pemandangan yang menyegarkan setelah lelah mendaki. Ladang edelweis di sabana Merbabu atau Alun-alun Suryakencana Gunung Gede Pangrango menjadi magnet tersendiri bagi para pencinta alam.
  4. Bunga Abadi yang Mekar Lama: Julukan "bunga abadi" bukan isapan jempol belaka. Edelweis memiliki hormon etilen yang mencegah kerontokan kelopak bunga, sehingga bisa mekar hingga 10 tahun lamanya. Ini menjadikannya simbol keindahan yang bertahan lama.
  5. Mekarnya di Musim Transisi: Edelweis umumnya mekar pada bulan April-Agustus, tepat setelah musim hujan berakhir. Sinar matahari yang intens pada periode ini sangat mendukung proses pengembangan bunga edelweis.
  6. Sejarah Panjang di Indonesia: Edelweis sudah ada di Indonesia sejak lebih dari 200 tahun lalu. Georg Carl Reindwart, seorang naturalis Jerman, menemukannya pertama kali di lereng Gunung Gede pada tahun 1819.
  7. Tahan di Tanah Tandus: Bunga ini memiliki kemampuan membentuk mikoriza yang meningkatkan efisiensi penyerapan zat hara, sehingga dapat bertahan hidup di tanah yang kurang subur.

Perlindungan Hukum dan Ancaman Kepunahan

Sayangnya, keindahan edelweis seringkali memicu tindakan tidak bertanggung jawab. Banyak pendaki yang tergoda untuk memetiknya sebagai kenang-kenangan, padahal tindakan ini sangat dilarang. Pemerintah telah menetapkan Undang-Undang No. 5 tahun 1990 pasal 33 ayat 1 dan 2 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati Ekosistem yang melindungi edelweis.

Kasus-kasus pemetikan edelweis masih saja terjadi, mulai dari yang dilakukan oleh individu hingga yang melibatkan kelompok pendaki. Bahkan, edelweis sempat diperjualbelikan di kawasan wisata Kawah Sikidang, Dieng, sebelum akhirnya berhasil ditertibkan.

Pilihan Legal: Budi Daya Edelweis

Bagi kamu yang ingin memiliki edelweis sebagai hiasan atau oleh-oleh, jangan khawatir. Kamu tidak perlu mencabutnya dari habitat aslinya. Ada alternatif yang lebih bijak dan legal, yaitu dengan mengunjungi Desa Wisata Edelweis di Desa Wonokitri, Jawa Timur. Di sana, edelweis dibudidayakan secara khusus untuk dijual kepada wisatawan. Dengan membeli edelweis budidaya, kita turut mendukung pelestarian alam dan membantu ekonomi masyarakat sekitar.

Menghargai Edelweis, Menjaga Alam

Edelweis adalah simbol keindahan alam yang harus kita jaga. Memetiknya dari habitat aslinya bukan hanya melanggar hukum, tetapi juga merusak ekosistem dan mengancam keberadaan bunga abadi ini. Mari kita nikmati keindahan edelweis di habitatnya, dan pilih cara yang legal untuk memilikinya. Ingat, alam adalah warisan berharga yang harus kita lindungi untuk generasi mendatang.

Baca Juga

20 Inspirasi Model Rambut Bob Pendek Wanita: Tampil Segar dan Stylish

Husen Fikri

Siapa bilang rambut pendek itu membosankan? Model rambut bob pendek justru menawarkan fleksibilitas dan kesan yang segar. Dari gaya yang ...

Raim Laode Komika Wakatobi Viral Lewat Lagu Komang

Dea Lathifa

Wajahnya mungkin tak asing lagi menghiasi layar kaca, seorang komika yang kini menjelma jadi penyanyi dengan lagu yang menggema di ...

Cahyaniryn: Dari Purwodadi Merajai TikTok, Profil, Karir, dan Kisah Inspiratif di Balik Layar

Dea Lathifa

Fenomena selebriti TikTok terus bermunculan, dan salah satu yang paling mencuri perhatian adalah Cahyaniryn. Bukan sekadar joget-joget biasa, gadis asal ...

Efektivitas Reklame: Lebih dari Sekadar Papan Iklan Besar

Dea Lathifa

Reklame, sering kali kita temui dalam bentuk papan iklan raksasa di pinggir jalan, ternyata memiliki peran yang jauh lebih dalam ...

Cinta Tak Padam Meski Cemburu Membara: Mengulik Makna "Dengan Caraku"

Dea Lathifa

Lagu "Dengan Caraku" yang dipopulerkan oleh Brisia Jodie dan Arsy Widianto, kembali menghiasi perbincangan para penikmat musik. Dirilis pada 2018, ...

Tulip Jingga Simbol Kebahagiaan dan Kehangatan dari Turki ke Seluruh Dunia

Maulana Yusuf

Bunga tulip, dengan kelopaknya yang elegan dan warna-warni cerah, telah lama memikat hati banyak orang di seluruh dunia. Namun, tahukah ...

Tinggalkan komentar