Siapa yang tak terpesona dengan keindahan bunga edelweis? Bunga yang sering dijuluki "bunga abadi" ini memang memiliki daya tarik tersendiri, terutama bagi para pendaki gunung. Namun, di balik keindahannya, ada fakta-fakta menarik dan juga kisah perlindungan yang penting untuk kita ketahui. Jangan sampai, kekaguman kita pada edelweis justru membawa kita pada tindakan yang merugikan.
Bukan Sekadar Bunga Biasa
Edelweis, dengan nama latin Anaphalis javanica, bukan hanya sekadar bunga liar yang tumbuh di pegunungan. Ia adalah simbol ketahanan dan keindahan yang tumbuh subur di ketinggian. Ditemukan di berbagai gunung di Indonesia, seperti Gunung Sumbing, Lawu, Merbabu, dan Gede Pangrango, edelweis telah menjadi bagian tak terpisahkan dari ekosistem pegunungan.
Fakta Menarik Seputar Edelweis:
- Raksasa Edelweis: Tahukah kamu bahwa edelweis bisa tumbuh raksasa? Di Gunung Sumbing, Jawa Tengah, pernah ditemukan edelweis dengan tinggi mencapai 8 meter dan diameter lubang 15 cm. Usianya pun diperkirakan lebih dari 100 tahun! Ini menunjukkan bahwa edelweis memiliki potensi pertumbuhan yang luar biasa.
- Akar Unik: Akar edelweis berkembang secara horizontal dan mengandung mikoriza. Mikoriza ini adalah jamur yang bersimbiosis dengan akar tanaman, membantu edelweis menyerap nutrisi dari tanah. Keunikan ini memungkinkan edelweis bertahan hidup di tanah tandus sekalipun.
- Bunga Para Pendaki: Tak heran jika edelweis sangat akrab di kalangan pendaki. Bunga ini sering menjadi pemandangan yang menyegarkan setelah lelah mendaki. Ladang edelweis di sabana Merbabu atau Alun-alun Suryakencana Gunung Gede Pangrango menjadi magnet tersendiri bagi para pencinta alam.
- Bunga Abadi yang Mekar Lama: Julukan "bunga abadi" bukan isapan jempol belaka. Edelweis memiliki hormon etilen yang mencegah kerontokan kelopak bunga, sehingga bisa mekar hingga 10 tahun lamanya. Ini menjadikannya simbol keindahan yang bertahan lama.
- Mekarnya di Musim Transisi: Edelweis umumnya mekar pada bulan April-Agustus, tepat setelah musim hujan berakhir. Sinar matahari yang intens pada periode ini sangat mendukung proses pengembangan bunga edelweis.
- Sejarah Panjang di Indonesia: Edelweis sudah ada di Indonesia sejak lebih dari 200 tahun lalu. Georg Carl Reindwart, seorang naturalis Jerman, menemukannya pertama kali di lereng Gunung Gede pada tahun 1819.
- Tahan di Tanah Tandus: Bunga ini memiliki kemampuan membentuk mikoriza yang meningkatkan efisiensi penyerapan zat hara, sehingga dapat bertahan hidup di tanah yang kurang subur.
Perlindungan Hukum dan Ancaman Kepunahan
Sayangnya, keindahan edelweis seringkali memicu tindakan tidak bertanggung jawab. Banyak pendaki yang tergoda untuk memetiknya sebagai kenang-kenangan, padahal tindakan ini sangat dilarang. Pemerintah telah menetapkan Undang-Undang No. 5 tahun 1990 pasal 33 ayat 1 dan 2 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati Ekosistem yang melindungi edelweis.
Also Read
Kasus-kasus pemetikan edelweis masih saja terjadi, mulai dari yang dilakukan oleh individu hingga yang melibatkan kelompok pendaki. Bahkan, edelweis sempat diperjualbelikan di kawasan wisata Kawah Sikidang, Dieng, sebelum akhirnya berhasil ditertibkan.
Pilihan Legal: Budi Daya Edelweis
Bagi kamu yang ingin memiliki edelweis sebagai hiasan atau oleh-oleh, jangan khawatir. Kamu tidak perlu mencabutnya dari habitat aslinya. Ada alternatif yang lebih bijak dan legal, yaitu dengan mengunjungi Desa Wisata Edelweis di Desa Wonokitri, Jawa Timur. Di sana, edelweis dibudidayakan secara khusus untuk dijual kepada wisatawan. Dengan membeli edelweis budidaya, kita turut mendukung pelestarian alam dan membantu ekonomi masyarakat sekitar.
Menghargai Edelweis, Menjaga Alam
Edelweis adalah simbol keindahan alam yang harus kita jaga. Memetiknya dari habitat aslinya bukan hanya melanggar hukum, tetapi juga merusak ekosistem dan mengancam keberadaan bunga abadi ini. Mari kita nikmati keindahan edelweis di habitatnya, dan pilih cara yang legal untuk memilikinya. Ingat, alam adalah warisan berharga yang harus kita lindungi untuk generasi mendatang.