Jakarta, [Tanggal Sekarang] – Kondom, alat kontrasepsi yang umum kita temui saat ini, ternyata memiliki sejarah panjang yang menarik. Jauh sebelum terbuat dari lateks dan dipasarkan secara luas, kondom telah mengalami evolusi signifikan, dari sekadar pelindung hingga menjadi alat pencegah penyakit menular seksual dan kontrasepsi.
Berdasarkan temuan lukisan gua di Prancis, jejak penggunaan kondom ternyata sudah ada sejak 11.000 tahun sebelum Masehi. Di era prasejarah ini, manusia memanfaatkan kulit hewan sebagai "pelindung" alat kelamin saat berhubungan seksual. Tentu saja, tujuan penggunaan saat itu belum mengarah pada kontrasepsi, melainkan kemungkinan besar untuk memberikan kenyamanan dan perlindungan dari iritasi.
Perkembangan terus berlanjut di masa Yunani dan Mesir kuno. Namun, fungsi kondom saat itu lebih ditujukan untuk melindungi alat kelamin laki-laki dari gigitan serangga, bukan untuk mencegah kehamilan. Kain linen tipis dan kandung kemih domba menjadi material utama yang digunakan. Ini adalah awal mula manusia berkreasi dengan bahan-bahan yang ada untuk keperluan perlindungan diri.
Also Read
Penggunaan kondom mulai memasuki babak baru di abad ke-16, ketika wabah sifilis merebak di Eropa. Upaya meredam penyebaran penyakit ini mendorong peningkatan penggunaan kondom. Material yang digunakan adalah linen yang dibuat menyerupai kantong dan diikatkan pada alat kelamin laki-laki. Dari sini, kondom mulai mendapat perhatian sebagai alat perlindungan dari penyakit menular seksual.
Kondom berbahan karet dan lateks baru muncul pada abad ke-19, menandai era baru dalam produksi kondom. Penemuan lateks memungkinkan produksi kondom secara massal. Momen penting lainnya terjadi pada Perang Dunia I dan II, ketika kondom lateks didistribusikan secara luas kepada para tentara. Hal ini tidak hanya untuk memfasilitasi kesehatan reproduksi, tetapi juga sebagai bagian dari upaya menjaga kebugaran prajurit.
Ledakan kasus HIV/AIDS pada tahun 1980-an menjadi titik balik penting lainnya. Kesadaran akan pentingnya perlindungan diri saat berhubungan seksual membuat kondom menjadi alat vital. Kampanye penggunaan kondom digalakkan, dan penjualannya meningkat pesat hingga mencapai sembilan miliar di seluruh dunia. Ini menandakan perubahan paradigma, di mana kondom tidak lagi dipandang sebagai alat kontrasepsi semata, tetapi juga sebagai alat pencegah penyakit menular seksual yang mematikan.
Evolusi kondom tidak berhenti di sana. Masalah alergi lateks mendorong inovasi pembuatan kondom dari bahan poliuretan, memberikan alternatif bagi mereka yang sensitif terhadap lateks.
Proses pembuatan kondom modern pun melibatkan teknologi dan kimia yang kompleks. Dimulai dengan pencampuran lateks dengan bahan kimia di dalam tong berputar untuk mengecilkan partikel, kemudian dilanjutkan dengan pencampuran bahan penstabil suspensi selama berjam-jam. Lateks yang sudah siap kemudian dicetak menjadi bentuk kondom, lalu diberikan pewarna sesuai permintaan pasar. Inovasi ini menunjukkan bagaimana kondom terus beradaptasi untuk memenuhi kebutuhan dan preferensi konsumen.
Perjalanan panjang kondom, dari kulit hewan hingga poliuretan, mencerminkan perubahan pemikiran manusia tentang kesehatan seksual dan reproduksi. Kondom bukan hanya alat kontrasepsi, tetapi juga simbol tanggung jawab dan perlindungan diri. Lebih dari itu, kondom adalah representasi dari kemampuan manusia untuk berinovasi dan beradaptasi demi kesehatan dan kesejahteraan bersama.