Republik Demokratik Rakyat Korea (DPRK), atau yang lebih dikenal sebagai Korea Utara, adalah negara yang sering muncul dalam berita internasional dengan berbagai isu kontroversial. Di balik citra negara tertutup dan penuh aturan ketat, tersembunyi fakta-fakta unik yang jarang terungkap. Mari kita selami beberapa di antaranya, yang mungkin akan mengubah persepsi Anda tentang negeri ginseng yang satu ini.
Perang yang Tak Pernah Usai: Bukan Rahasia, Namun Perlu Diingat Kembali
Korea Utara dan Korea Selatan secara teknis masih dalam keadaan perang sejak 1950. Perang Korea berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai. Ini menjelaskan mengapa wilayah perbatasan kedua negara adalah salah satu wilayah dengan militerisasi terkuat di dunia. Kondisi ini juga menjadi akar dari ketegangan politik yang terus berlanjut hingga saat ini.
Also Read
Bukan "Orang Korea Utara": Identitas yang Lebih Dalam
Warga negara DPRK tidak menyebut diri mereka sebagai "orang Korea Utara," melainkan sebagai warga Republik Demokratik Rakyat Korea. Ini menunjukkan bahwa bagi mereka, identitas nasional mereka lebih luas dari sekadar batas geografis yang memisahkan mereka dari Korea Selatan. Mereka menganggap diri mereka sebagai bagian dari satu bangsa Korea, yang terpecah karena dinamika politik pasca Perang Dunia II.
Dinasti Kim: Kekuasaan yang Turun Temurun
Keluarga Kim telah memimpin Korea Utara sejak awal berdirinya. Dimulai dari Kim Il-sung, sang pendiri negara, kemudian diteruskan oleh putranya, Kim Jong-il, dan kini oleh cucunya, Kim Jong-un. Fenomena suksesi kepemimpinan seperti ini sangat unik dan jarang terjadi, terutama dalam konteks negara yang mengklaim diri sebagai negara sosialis.
Stadion Terbesar di Dunia: Bukan Sekadar Tempat Olahraga
Stadion May Day di Pyongyang bukan hanya sekadar stadion biasa. Dengan kapasitas 150.000 tempat duduk, stadion ini adalah yang terbesar di dunia. Lebih dari sekadar arena olahraga, stadion ini kerap digunakan untuk acara-acara massal yang mencerminkan kekuatan dan persatuan negara.
Bukan Komunis, Tapi Juche: Ideologi yang Mandiri
Korea Utara tidak lagi sepenuhnya mengikuti ideologi komunisme. Mereka telah menggantinya dengan Juche, sebuah ideologi politik yang menekankan kemandirian. Konsep ini menegaskan bahwa negara harus berdikari dan tidak bergantung pada negara lain. Bahkan, istilah komunisme telah dihapus dari konstitusi negara.
Kalender Sendiri: Jejak Sejarah yang Berbeda
Korea Utara memiliki kalender sendiri yang disebut kalender Juche. Tahun pertama dalam kalender ini dimulai pada tahun 1912, tahun kelahiran Kim Il-sung. Penggunaan kalender ini adalah salah satu cara untuk menekankan identitas dan sejarah Korea Utara yang unik.
Karya Seni Terkontrol: Mengagungkan Pemimpin
Studio Seni Mansudae, satu-satunya studio seni yang diizinkan memproduksi karya seni para pemimpin negara, adalah tempat yang sangat eksklusif. Hanya seniman terbaik yang dipekerjakan di sini. Ini menunjukkan bagaimana negara mengontrol narasi visual dan memastikan bahwa karya seni selalu merefleksikan citra pemimpin dan negara yang diinginkan.
Internet Terbatas: Hanya untuk Sebagian Kalangan
Akses internet di Korea Utara sangat terbatas. Hanya kalangan elit dan mereka yang bekerja di unit propaganda pemerintah yang diizinkan untuk terhubung dengan dunia maya. Ini adalah salah satu cara negara untuk mengontrol informasi yang masuk dan keluar dari negara.
Tingkat Literasi 100%?: Sebuah Klaim yang Kontroversial
Korea Utara mengklaim memiliki tingkat literasi 100%. Meski sistem pendidikan mungkin tidak sekomprehensif di negara lain, fokus pemerintah pada pendidikan tampaknya cukup berhasil dalam memastikan bahwa warganya dapat membaca dan menulis. Namun, tentu saja, materi yang diajarkan sangat selektif.
Visa yang Sulit: Bukan Destinasi Wisata Umum
Hanya dua negara yang warganya bisa mengunjungi Korea Utara tanpa visa: Malaysia dan Singapura. Hal ini menunjukkan betapa sulitnya akses ke negara ini. Bagi sebagian besar warga negara lain, proses pengajuan visa sangat ketat dan selektif.
Militer Terbesar Ke-4 Dunia: Fokus pada Pertahanan
Korea Utara memiliki militer terbesar ke-4 di dunia. Kebijakan Songun yang diperkenalkan Kim Jong-il menjadikan militer sebagai prioritas utama negara. Ini mencerminkan pandangan negara yang selalu waspada terhadap ancaman eksternal.
Wajib Militer untuk Semua: Pengorbanan Demi Negara
Wajib militer adalah wajib bagi laki-laki dan perempuan di Korea Utara. Ini adalah salah satu faktor yang berkontribusi pada tingginya jumlah personel militer negara. Warga negara Korea Utara rela mengorbankan sebagian besar masa muda mereka untuk melayani negara.
Metro Dalam: Bukan Sekadar Transportasi
Metro Pyongyang tidak hanya berfungsi sebagai sistem transportasi umum, tetapi juga sebagai bunker nuklir. Setiap stasiun dirancang untuk dapat menjadi tempat perlindungan jika terjadi serangan nuklir.
Kehidupan Mewah Para Pemimpin: Ironi di Balik Kesederhanaan
Para pemimpin Korea Utara, khususnya Kim Jong-un, dikenal memiliki gaya hidup mewah, yang ironis dengan kondisi ekonomi negara. Ini menunjukkan adanya ketimpangan sosial yang mencolok di negara tersebut.
Program Luar Angkasa: Ambisi di Balik Keterbatasan
Korea Utara memiliki program luar angkasanya sendiri. Meski peluncuran satelit pertama mereka kontroversial, ini menunjukkan ambisi negara untuk menjadi pemain utama dalam teknologi antariksa.
Saluran TV Terkontrol: Alat Propaganda Negara
Hanya ada empat saluran TV di Korea Utara, dan semuanya dikontrol oleh negara. Ini adalah cara untuk memastikan bahwa hanya informasi yang diinginkan negara yang sampai ke masyarakat. Media berperan besar dalam membentuk opini publik dan memperkuat loyalitas kepada pemerintah.
Melihat Lebih Dalam dari Permukaan
Fakta-fakta unik ini hanya sebagian kecil dari kompleksitas Korea Utara. Dengan memahami berbagai aspek negara ini, kita bisa mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif dan tidak terjebak pada stereotip dan prasangka. Korea Utara adalah negara yang penuh kontradiksi, dan semakin banyak kita belajar tentangnya, semakin kita menyadari betapa rumitnya dunia ini.