Buku "Filosofi Teras" karya Henry Manampiring, yang terbit pada Desember 2019, belakangan ini semakin populer di kalangan pembaca yang mencari pegangan hidup di tengah hiruk pikuk zaman. Bukan tanpa alasan, buku ini menawarkan kearifan filsafat Stoikisme Yunani-Romawi kuno yang ternyata sangat relevan untuk diterapkan dalam kehidupan kita saat ini. Buku berukuran 13 cm x 19 cm dengan 320 halaman ini bukan sekadar bacaan berat, melainkan panduan praktis untuk membangun mental yang lebih tangguh.
Menyelami Ajaran Stoikisme yang Abadi
Filosofi Teras, inti ajarannya, mengajak kita untuk berfokus pada hal-hal yang dapat kita kontrol, yaitu pikiran dan tindakan kita sendiri. Konsep ini sangat penting di tengah gempuran informasi dan kejadian eksternal yang seringkali membuat kita merasa kewalahan. Dengan memilah mana yang bisa kita pengaruhi dan mana yang tidak, kita dapat meminimalkan rasa cemas, marah, dan kecewa yang seringkali muncul akibat ekspektasi yang tidak realistis.
Buku ini juga menekankan pentingnya hidup selaras dengan alam. Bukan dalam artian memeluk pohon atau tinggal di hutan, melainkan dalam memahami bahwa segala sesuatu di dunia ini memiliki siklusnya. Ada kalanya kita bahagia, ada kalanya kita bersedih. Dengan menerima hal tersebut, kita bisa lebih tenang dan tidak mudah terombang-ambing oleh pasang surut kehidupan. Ajaran Stoikisme ini universal, cocok diterapkan oleh siapa saja tanpa memandang latar belakang agama, budaya, atau ras.
Also Read
Lebih dari Sekadar Self-Help, Ini Sebuah Transformasi Mindset
"Filosofi Teras" tidak menawarkan solusi instan, melainkan mengajak kita untuk melakukan perubahan mindset secara bertahap. Buku ini tidak hanya mengajarkan kita untuk tidak "baperan," khawatir, atau marah, tetapi juga memberikan landasan filosofis mengapa kita perlu melakukannya. Dengan memahami akar penyebab emosi negatif, kita dapat belajar mengelola diri dan merespons situasi dengan lebih bijaksana.
Beberapa prinsip Stoikisme yang diangkat dalam buku ini, seperti dichotomy of control (membedakan antara apa yang bisa dan tidak bisa dikontrol), negative visualization (membayangkan kemungkinan terburuk agar lebih menghargai apa yang kita miliki), dan virtue ethics (menekankan pada pengembangan karakter), sangat relevan dan mudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun terkesan "berat," Henry Manampiring mampu menyajikannya dengan bahasa yang ringan dan mudah dicerna, membuat buku ini tidak terasa menggurui.
Relevansi di Era Digital: Menemukan Ketenangan di Tengah Keramaian
Di era digital yang serba cepat dan penuh tekanan ini, ajaran "Filosofi Teras" justru semakin penting untuk kita pahami. Media sosial seringkali memicu perbandingan sosial, meningkatkan kecemasan, dan memicu konflik. Dengan menerapkan prinsip-prinsip Stoikisme, kita bisa lebih bijak dalam menggunakan media sosial dan tidak mudah terjebak dalam drama yang tidak perlu. Kita belajar untuk menerima bahwa tidak semua hal yang kita lihat di dunia maya adalah kenyataan yang sesungguhnya.
Buku ini tidak sekadar memberikan teori, tetapi juga menyajikan contoh-contoh konkret dalam kehidupan sehari-hari, yang membuat pembaca merasa relate dan lebih mudah memahami bagaimana menerapkan ajaran Stoikisme dalam rutinitas sehari-hari. "Filosofi Teras" lebih dari sekadar self-help, melainkan sebuah panduan untuk menjalani hidup yang lebih bermakna, penuh kedamaian, dan ketahanan mental.
Buku ini dapat dibeli di platform e-commerce Tokopedia dan Blibli dengan harga Rp 98.000. Investasi yang sepadan untuk transformasi mindset yang lebih baik.