Film "Hujan di Balik Jendela" yang dibintangi Yasamin Jasem dan Bio One, menyuguhkan drama percintaan yang kompleks dengan sentuhan trauma dan pengkhianatan. Lebih dari sekadar kisah cinta segitiga, film ini menyelami luka batin para karakternya dengan cukup dalam, meski tidak lepas dari beberapa kekurangan teknis.
Kisah berawal dari manisnya cinta Alda dan Dika saat masa kuliah. Lamaran romantis di bawah kerlip lentera menjadi awal dari janji kehidupan bersama. Namun, lima tahun kemudian, ketika karier keduanya telah mapan, rencana pernikahan mereka justru diuji. Alda, bertekad memenuhi janjinya untuk bermain piano di hari pernikahan, mengambil kursus pada Gisel, seorang guru piano yang menyimpan luka mendalam akibat trauma kerusuhan Mei 1998. Kehilangan kekasih tercinta, Daniel, dalam tragedi tersebut, membuat Gisel menutup diri dari dunia luar.
Kehadiran Dika dalam kehidupan Gisel, awalnya hanya sebatas mengantar kue tar, menjadi titik awal keretakan hubungan Dika dan Alda. Di satu sisi, Dika melihat sisi rapuh Gisel yang membuatnya merasa ingin melindungi. Di sisi lain, trauma Gisel membuatnya enggan menerima kehadiran orang baru dalam hidupnya, apalagi kehadiran Dika justru mengingatkannya pada tradisi berbagi kue tar bersama Daniel. Hubungan yang awalnya sebatas guru dan murid ini, perlahan berkembang menjadi kedekatan yang tak terhindarkan, memicu pengkhianatan dan kehancuran.
Also Read
Lebih dari Sekadar Cinta Segitiga
"Hujan di Balik Jendela" tak hanya berkutat pada konflik cinta segitiga yang klise. Film ini berani mengangkat isu trauma masa lalu yang begitu dalam. Gisel menjadi representasi dari banyak orang yang masih berjuang dengan luka akibat tragedi Mei 1998. Film ini mengingatkan kita betapa besar dampak trauma pada kehidupan seseorang, dan bagaimana ia membentuk cara mereka berinteraksi dengan dunia.
Perselingkuhan yang terjadi dalam film ini juga tidak disajikan secara hitam putih. Dika tidak ditampilkan sebagai sosok antagonis yang sepenuhnya salah. Sebaliknya, film ini memberikan ruang untuk melihat bahwa ada alasan di balik setiap tindakan. Dika mungkin mencari sesuatu yang hilang dalam hubungannya dengan Alda, dan tanpa sadar menemukannya dalam diri Gisel. Film ini menantang penonton untuk berempati pada setiap karakter dan memahami kompleksitas hubungan manusia.
Sayang, Ada Beberapa Catatan Teknis
Meskipun ceritanya cukup menarik dan memiliki plot twist yang cukup mengagetkan di akhir, film ini sayangnya tidak luput dari kelemahan teknis. Beberapa angle kamera yang kurang stabil dan shaking sedikit mengganggu pengalaman menonton. Hal ini cukup disayangkan, mengingat potensi cerita yang sangat kuat.
Secara keseluruhan, "Hujan di Balik Jendela" adalah film yang patut ditonton bagi mereka yang menyukai drama dengan bumbu cinta, trauma, dan perselingkuhan. Film ini mengajak penonton untuk merenungkan tentang betapa rapuhnya hubungan manusia, dan bagaimana masa lalu bisa begitu berpengaruh pada masa kini dan masa depan. Dengan beberapa perbaikan teknis, film ini bisa menjadi salah satu tontonan yang lebih mengesankan. Film ini layak masuk daftar tontonan Anda, terutama jika Anda mencari film dengan cerita yang berbobot dan tidak biasa.