Perayaan Tahun Baru Imlek bukan sekadar pesta kembang api dan hidangan lezat. Di balik kemeriahannya, tersimpan tradisi dan kepercayaan yang diwariskan turun-temurun, termasuk sejumlah pantangan yang dipercaya dapat memengaruhi peruntungan di tahun mendatang. Membersihkan rumah menjelang Imlek adalah ritual penting, namun tahukah Anda bahwa ada hal-hal yang justru tabu dilakukan saat hari-H?
Masyarakat Tionghoa meyakini bahwa tindakan tertentu pada hari Imlek dapat membawa keberuntungan atau kesialan. Berikut 11 pantangan yang sebaiknya Anda hindari saat merayakan Imlek:
-
Jangan Biarkan Wadah Beras Kosong: Wadah beras yang kosong dipercaya melambangkan kekurangan dan kemelaratan. Pastikan wadah beras selalu terisi penuh sebagai simbol kemakmuran sepanjang tahun.
Also Read
-
Hindari Potong dan Cuci Rambut: Rambut dalam budaya Tionghoa dianggap sebagai simbol kekayaan. Mencuci atau memotong rambut saat Imlek diyakini dapat menghilangkan kekayaan dan membawa kesialan.
-
Menunda Mencuci Pakaian: Hari Imlek dipercaya sebagai hari lahir Dewa Air. Mencuci pakaian pada hari itu dianggap tidak menghormati sang dewa.
-
Tinggalkan Jarum Jahit: Menjahit pada saat Imlek konon dapat membawa pertengkaran dan merusak hubungan dengan orang-orang terdekat.
-
Angpao Genap, Bukan Ganjil: Pemberian angpao merupakan tradisi khas Imlek. Namun, berikanlah angpao dengan jumlah genap. Hindari angka sial seperti 4 dan 40 yang diasosiasikan dengan kematian.
-
Jaga Barang dari Pecah: Memecahkan barang seperti piring, gelas, atau cermin pada hari Imlek dianggap membawa kesialan. Berhati-hatilah agar tidak ada barang yang pecah.
-
Stop Minum Obat & Jamu: Mengkonsumsi obat dan jamu pada hari Imlek dipercaya dapat membawa penyakit selama setahun mendatang.
-
Dilarang Menyapu: Masyarakat Tionghoa membersihkan rumah sebelum Imlek. Menyapu saat Imlek dipercaya dapat menyapu rezeki keluar dari rumah.
-
Warna Busana Perlu Diperhatikan: Warna merah identik dengan perayaan Imlek, melambangkan kemakmuran dan kebahagiaan. Hindari menggunakan busana warna hitam dan putih karena identik dengan suasana duka.
-
Jangan Sarapan Bubur: Mengonsumsi bubur saat sarapan di hari Imlek dianggap dapat membawa kemiskinan. Bubur kerap diidentikkan dengan makanan orang miskin.
-
Jaga Anak Tetap Ceria: Membuat anak menangis pada hari Imlek dianggap sebagai pertanda kesialan di tahun mendatang. Usahakan suasana tetap riang gembira.
Memahami Esensi Pantangan
Lebih dari sekadar aturan yang harus diikuti, pantangan-pantangan Imlek ini mencerminkan nilai-nilai luhur dan harapan yang ingin diwujudkan masyarakat Tionghoa. Pantangan ini bukan sekadar mitos tanpa makna, tetapi juga memiliki nilai filosofis yang mengajarkan kita tentang pentingnya menjaga harmoni, menghormati tradisi, dan menyambut tahun baru dengan optimisme.
Misalnya, pantangan membuang sampah pada hari Imlek mencerminkan harapan untuk tidak membuang rezeki yang sudah didapat. Begitu pula dengan pantangan makan bubur yang mengajarkan untuk memulai tahun baru dengan harapan kemakmuran, bukan kekurangan.
Dengan memahami makna di balik pantangan ini, kita dapat merayakan Imlek dengan lebih khidmat dan bermakna. Lebih dari sekadar perayaan, Imlek adalah kesempatan untuk merefleksikan diri, memperbaiki hubungan dengan sesama, dan menyambut tahun baru dengan semangat positif.