Siapa yang tak kenal Israel Adesanya? Sosoknya kerap menghiasi layar kaca dengan aksi-aksi memukau di arena Ultimate Fighting Championship (UFC). Namun, di balik kegarangannya di atas ring, tersimpan kisah perjalanan hidup yang menarik untuk disimak. Bukan sekadar petarung biasa, Adesanya adalah representasi dari transformasi seorang anak yang sempat terintimidasi menjadi ikon global yang disegani.
Lahir di Lagos, Nigeria pada 22 Juli 1989, Adesanya tidak langsung akrab dengan dunia keras pertarungan. Masa kecilnya justru diwarnai dengan ketertarikan pada dunia seni dan imajinasi, termasuk anime. Namun, realita hidup membawanya pada pengalaman pahit. Bullying yang dialaminya di bangku sekolah menengah menjadi titik balik dalam hidupnya. Dari sana, hasrat untuk membela diri tumbuh, dan seni bela diri pun menjadi jalan hidupnya.
Inspirasi dari film Ong Bak mengantarkannya pada dunia Muay Thai. Di usia 21, ia mulai berlatih kickboxing di bawah bimbingan pelatih Eugene Bareman. Bakatnya yang terasah membuatnya melangkah lebih jauh. Sebelum memasuki dunia profesional, ia sempat mencicipi pertarungan di Tiongkok, mengumpulkan rekor amatir yang impresif, 32-0. Kiprahnya berlanjut ke Mixed Martial Arts (MMA) pada Agustus 2015, dengan debut mengesankan mengalahkan Song Kenan lewat TKO.
Also Read
Keputusan Adesanya untuk bergabung dengan UFC pada 2017 adalah langkah penting dalam karirnya. Debutnya di ajang bergengsi ini pada 11 Februari 2018, melawan Rob Wilkinson, berakhir dengan kemenangan telak. Tren positif ini berlanjut ketika ia menaklukkan Marvin Vettori pada 14 April 2018.
Puncak performa Adesanya semakin terlihat ketika ia berhadapan dengan legenda UFC, Anderson Silva, pada 2019. Pertarungan sengit itu tidak hanya membuktikan kualitasnya, tetapi juga memberinya penghargaan Fight of the Night sekaligus kemenangan yang mengukuhkan posisinya sebagai salah satu petarung elite di kelas menengah UFC.
Lebih dari sekadar catatan kemenangan, Adesanya adalah sosok yang lahir dari keluarga sederhana. Ayahnya seorang akuntan bernama Oluwafemi, dan ibunya seorang perawat bernama Taiwo. Ia bukan anak tunggal, melainkan memiliki empat orang adik. Kehidupan keluarga Adesanya yang suportif turut membentuk karakternya. Pindah ke Selandia Baru bersama keluarganya adalah langkah besar yang diambil demi meraih pendidikan yang lebih baik dan kesempatan yang lebih luas.
Adesanya adalah potret dari kekuatan tekad dan transformasi diri. Dari seorang anak yang tertutup dan menjadi korban bully, ia menjelma menjadi sosok karismatik dan inspiratif. Ia membuktikan bahwa latar belakang tidak membatasi potensi seseorang, dan bahwa kesulitan dapat menjadi batu loncatan menuju kesuksesan.
Adesanya bukan hanya seorang atlet; ia adalah simbol perlawanan terhadap ketidakadilan dan bukti bahwa setiap orang memiliki kekuatan untuk mengubah nasibnya sendiri. Ia adalah ‘The Last Stylebender’, nama panggilannya di atas ring, yang tidak hanya melukiskan gaya bertarungnya yang unik, tetapi juga perjalanan hidupnya yang penuh warna. Kisah Adesanya mengajarkan kita bahwa di balik setiap kesuksesan, selalu ada perjuangan dan ketekunan yang panjang. Kisah ini layak menjadi inspirasi bagi kita semua.