Perhatian publik baru-baru ini tertuju pada sosok Kate Victoria Lim, seorang remaja putri yang berani menantang Kapolri Listyo Sigit Prabowo untuk berdebat terbuka. Aksi ini bukan tanpa alasan, melainkan didorong oleh rasa ketidakadilan atas kasus hukum yang menimpa ayahnya, Alvin Lim.
Kate, yang merupakan anak semata wayang dari pengacara Alvin Lim dan Phioruci Pangkaraya, tumbuh dalam lingkungan yang akrab dengan dunia hukum. Sejak kecil, ia kerap menemani sang ayah dalam berbagai kegiatan hukum, mulai dari bertemu klien hingga mengikuti proses persidangan. Pengalaman ini membentuk pemahamannya yang mendalam tentang seluk-beluk hukum, bahkan di usianya yang masih belia.
Selain dunia hukum, Kate juga menunjukkan minat pada seni bela diri karate. Ia bahkan telah mengikuti ujian kenaikan sabuk, menunjukkan kedisiplinan dan kegigihan yang ia miliki. Saat ini, Kate masih berstatus sebagai siswi Sekolah Menengah Atas (SMA).
Also Read
Tantangan debat terbuka yang dilayangkan Kate kepada Kapolri menjadi sorotan utama. Tindakan ini dipicu oleh kasus yang menjerat Alvin Lim, ayahnya, terkait dugaan pencemaran nama baik. Alvin Lim didakwa setelah menyebut Kejaksaan sebagai "sarang mafia", dan kemudian dijatuhi hukuman pidana 4 tahun 6 bulan penjara oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
Kate merasa hukuman tersebut tidak adil dan berupaya mencari keadilan bagi sang ayah. Melalui surat tantangan debatnya, Kate mengungkapkan ketidakpercayaannya pada aparat penegak hukum. Ia juga menuntut agar kasus ayahnya dibahas secara terbuka di hadapan media dan masyarakat, dengan harapan kebenaran dapat terungkap dan keadilan ditegakkan.
Langkah berani yang diambil Kate, seorang remaja SMA, menunjukkan bahwa suara keadilan dapat datang dari siapa saja, tanpa memandang usia. Aksi ini juga memunculkan pertanyaan kritis mengenai sistem hukum dan penegakan hukum di Indonesia. Mampukah tantangan ini menjadi pemicu perubahan yang lebih baik? Kita tunggu saja kelanjutan kisahnya.