Fenomena "rep-rep" atau ketindihan saat tidur bukanlah hal asing bagi sebagian orang. Sensasi sulit bergerak, bernapas, bahkan seperti melihat bayangan hitam seringkali memicu interpretasi mistis. Namun, bagaimana sebenarnya fenomena ini dijelaskan dari sudut pandang medis dan agama Islam?
Secara medis, ketindihan atau sleep paralysis adalah kondisi di mana tubuh mengalami kelumpuhan otot rangka saat tidur, baik sebagian maupun seluruhnya. Kondisi ini seringkali disertai dengan halusinasi visual, seperti melihat bayangan hitam. Dr. Dito Anurogo dalam bukunya The Art of Medicine, menjelaskan bahwa ketindihan merupakan kondisi kompleks yang melibatkan pikiran terisolasi dan komponen motorik, sehingga menciptakan sensasi seperti tertindih.
Dalam perspektif Islam, ketindihan dikaitkan dengan mimpi dan pengaruhnya terhadap kondisi tubuh. Mimpi sendiri terbagi menjadi tiga kategori, seperti yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Also Read
"Mimpi itu ada tiga macam: (1) mimpi yang baik sebagai kabar gembira dari Allah, (2) mimpi yang menakutkan atau menyedihkan, datangnya dari syetan, dan (3) mimpi yang timbul karena ilusi angan-angan atau khayal seseorang. Karena itu, jika kamu bermimpi yang tidak kamu senangi, bangunlah, kemudian shalatlah, dan jangan menceritakannya kepada orang lain." (HR. Muslim no. 4200).
Dari hadis ini, mimpi dapat diklasifikasikan menjadi mimpi baik dari Allah, mimpi buruk dari setan, dan "bunga tidur" yang muncul akibat pikiran atau peristiwa yang sedang dipikirkan. Ketindihan dalam konteks ini bisa jadi merupakan manifestasi dari mimpi buruk atau kondisi pikiran yang sedang tidak stabil saat tidur.
Lalu, apa yang sebaiknya dilakukan jika mengalami ketindihan? Berikut beberapa tips yang bisa dicoba:
- Tenang dan Tidak Panik: Kepanikan hanya akan memperburuk kondisi. Usahakan untuk menarik napas panjang dan dalam.
- Gerakkan Anggota Tubuh: Biasanya ada bagian tubuh yang masih bisa digerakkan, misalnya jempol kaki. Gerakkan secara perlahan hingga seluruh tubuh kembali normal.
- Ubah Posisi Tidur: Hindari tidur terlentang atau dalam kondisi terlalu lelah. Posisi dan kondisi tubuh yang tidak ideal bisa meningkatkan risiko ketindihan.
Dengan memahami ketindihan dari sudut pandang medis dan agama, kita bisa menyikapi fenomena ini dengan lebih bijak. Ketindihan bukan melulu tentang mistis, tetapi juga tentang kondisi fisik dan psikologis kita saat tidur. Mengelola stres dan menjaga pola tidur yang sehat bisa menjadi langkah preventif yang efektif untuk mengurangi risiko ketindihan. Selain itu, pendekatan spiritual melalui doa juga dapat membantu menenangkan diri saat mengalami ketindihan.