Novel Mariposa karya Luluk HF memang sukses mencuri perhatian banyak pembaca di Wattpad. Kisah cinta remaja antara Natasha Kay Loovi (Acha) dan Iqbal, seorang siswa idaman, menjadi daya tarik utama. Namun, di balik kisah yang manis ini, ada beberapa aspek yang perlu dikulik lebih dalam.
Pesona Cinta Pandangan Pertama yang Irasional
Premis cerita Mariposa dimulai dari cinta pandangan pertama Acha pada Iqbal saat camp olimpiade. Acha rela pindah sekolah demi mengejar cintanya. Ini adalah plot yang umum ditemui dalam kisah romansa remaja. Namun, pertanyaan menggelitik muncul: apakah realistis seorang siswi SMA mengambil keputusan besar hanya karena terpesona pada pandangan pertama? Di dunia nyata, pindah sekolah bukanlah perkara mudah, dan keputusan ini biasanya dipertimbangkan matang-matang.
Novel ini menghadirkan fantasi romantis yang mungkin didambakan banyak remaja. Kisah cinta Acha yang pantang menyerah memang inspiratif, tetapi di sisi lain, bisa juga mengajarkan bahwa mengejar cinta dengan cara obsesif adalah hal yang wajar.
Also Read
Karakter Sempurna yang Kurang Sentuhan Manusiawi
Acha dan Iqbal, sang tokoh utama, digambarkan hampir sempurna dalam segala hal. Acha cantik, pintar, kaya, baik hati, dan populer. Iqbal pun demikian, tampan, cerdas, kaya, dan diidolakan. Mereka nyaris tanpa cela. Penggambaran karakter yang terlalu sempurna ini, justru membuat pembaca kesulitan untuk berempati. Kita jadi sulit merasakan gejolak batin mereka karena mereka seolah-olah tidak punya masalah manusiawi.
Di dunia nyata, tidak ada manusia yang sempurna. Justru kekurangan dan keunikan seseorang yang membuatnya menarik dan relatable. Karakter yang terlalu ideal di Mariposa, mungkin justru membuat pembaca merasa sedikit berjarak dan sulit untuk benar-benar terhubung dengan cerita.
Peran Lingkungan yang Membentuk Karakter yang "Terlalu" Polos
Sikap polos Acha yang terkadang kekanak-kanakan, ternyata dipengaruhi oleh lingkungannya. Ia dimanja oleh ibu tirinya yang ceria dan suportif, bahkan terkesan "fangirling" dengan semangat yang sama dengan Acha. Ibu tiri yang seharusnya memberikan batasan, justru malah mendukung segala tingkah laku Acha, termasuk mengejar-ngejar Iqbal.
Hal ini memberikan pesan bahwa lingkungan, terutama keluarga, memiliki pengaruh besar dalam membentuk karakter seseorang. Dukungan tanpa batas, bisa jadi justru tidak mendidik, apalagi jika sikap yang didukung tersebut tidak sepenuhnya tepat.
Antara Fantasi dan Realita Cinta Remaja
Mariposa adalah novel yang menghibur dan membuat banyak pembaca terpikat dengan kisah cinta yang manis. Namun, penting untuk memisahkan fantasi dari realita. Cinta tidak selalu berawal dari pandangan pertama dan tidak selalu seindah cerita di novel. Realita cinta remaja seringkali lebih kompleks dan melibatkan proses pembelajaran, kesalahan, dan pertumbuhan diri.
Novel ini bisa menjadi sarana untuk berimajinasi, namun, kita juga perlu bijak dalam menelaah setiap pesan yang disampaikan. Kisah cinta Acha dan Iqbal bisa menjadi pengingat bahwa cinta itu tidak hanya soal pengejaran dan kesempurnaan, tapi juga tentang penerimaan dan pertumbuhan bersama.
Pelajaran dari Mariposa
Mariposa, dengan segala kelebihan dan kekurangannya, tetap memberikan warna dalam dunia literasi remaja. Novel ini bisa menjadi bahan diskusi tentang standar kecantikan, cinta pandangan pertama, obsesi, dan peran lingkungan dalam membentuk karakter. Mari kita nikmati kisah cintanya, tetapi juga mari kita belajar dan mengambil nilai-nilai positif di dalamnya. Jangan lupa, cinta yang sesungguhnya adalah cinta yang membangun, bukan hanya mengejar-ngejar idealisme semata.