Pertanyaan seputar boleh tidaknya membaca Alquran saat haid kerap menghantui benak kaum perempuan muslim. Hasrat untuk mendekatkan diri pada Allah SWT melalui kalam-Nya terkadang terbentur dengan kondisi fisik yang tengah dialami. Lantas, bagaimana sebenarnya hukum membaca Alquran bagi wanita haid? Mari kita telaah lebih dalam dari berbagai sudut pandang.
Seperti yang telah kita ketahui, terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama terkait hal ini. Mayoritas ulama, atau yang biasa kita sebut Jumhur Ulama, berpendapat bahwa wanita haid tidak diperkenankan membaca Alquran, kecuali bacaan yang bersifat dzikir atau wirid. Pendapat ini didasarkan pada anggapan bahwa kondisi haid dianggap sebagai hadas besar yang menghalangi seorang muslimah untuk berinteraksi langsung dengan Alquran.
Namun, pandangan lain muncul dari mazhab Imam Malik. Beliau memberikan keringanan bagi wanita haid untuk membaca Alquran, terutama untuk tujuan belajar dan mengajar. Dengan catatan, wanita tersebut tidak menyentuh langsung mushaf Alquran. Pendapat ini membawa angin segar bagi para pengajar dan pelajar Alquran yang sedang dalam masa haid, memungkinkan mereka untuk tetap berinteraksi dengan kitab suci tanpa harus merasa bersalah.
Also Read
Penting untuk dicatat bahwa perbedaan pendapat ini bukan berarti ada yang benar dan salah mutlak. Kedua pandangan ini lahir dari pemahaman dan penafsiran yang berbeda terhadap dalil-dalil agama. Keduanya memiliki landasan yang kuat dan patut kita hormati.
Di tengah perbedaan pendapat ini, penting bagi setiap muslimah untuk mencari pemahaman yang mendalam dan memilih pendapat yang paling ia yakini. Konsultasi dengan ustadzah atau ahli agama yang terpercaya juga sangat dianjurkan. Dengan demikian, kita dapat menjalankan ibadah dengan tenang dan penuh keyakinan.
Selain itu, kita juga perlu memahami bahwa esensi dari membaca Alquran bukan hanya sekadar melafalkan huruf-hurufnya, tetapi juga menghayati makna dan pesan yang terkandung di dalamnya. Bagi wanita haid yang mungkin tidak diperkenankan membaca Alquran secara langsung, masih banyak cara lain untuk tetap terhubung dengan kalam Allah. Mendengarkan lantunan Alquran, membaca terjemahannya, atau bahkan merenungi ayat-ayat yang dihafal, bisa menjadi alternatif yang sangat bermanfaat.
Lebih dari itu, pemahaman tentang hukum membaca Alquran saat haid seharusnya tidak membatasi semangat kita untuk tetap mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kita bisa memperbanyak dzikir, berdoa, atau melakukan amalan-amalan saleh lainnya. Dengan begitu, meskipun dalam kondisi haid, kita tetap bisa merasakan kedekatan dengan Sang Pencipta.
Sebagai penutup, hukum membaca Alquran saat haid memang memiliki berbagai pandangan yang berbeda. Namun, yang terpenting adalah bagaimana kita menyikapi perbedaan ini dengan bijak dan tetap berusaha untuk meningkatkan kualitas ibadah kita. Semoga kita semua senantiasa diberikan kemudahan dalam menjalankan ajaran agama.