Kisah tragis Ditje Budiarsih, seorang peragawati yang bersinar di era 80-an, kembali mencuat ke permukaan. Bukan karena prestasinya di dunia mode, melainkan karena kematiannya yang penuh misteri. Ditemukan tak bernyawa di dalam mobil pada September 1986, kasus ini menyisakan tanda tanya besar hingga kini, bahkan setelah seorang tersangka dinyatakan bersalah dan kemudian dibebaskan.
Pada tanggal 8 September 1986, Ditje ditemukan tewas di dalam mobil Honda Accord putih bernomor polisi B 1911 di Jalan Dupa, Kalibata, Jakarta Selatan. Kondisinya mengenaskan, tubuhnya membeku dengan lima luka tembak di berbagai bagian tubuh: telinga kanan, dada, pundak, ketiak kanan, dan punggung kanan. Kematian model terkenal ini langsung menjadi perbincangan hangat di masyarakat.
Polisi kemudian menetapkan Muhammad Siradjudin, yang dikenal dengan panggilan Pak De, sebagai tersangka. Pak De, seorang mantan pembantu letnan satu (peltu) di ketentaraan, dituduh membunuh Ditje karena masalah uang. Polisi menduga Pak De adalah seorang dukun yang bisa menggandakan uang, dan perselisihan soal ini menjadi motif pembunuhan.
Also Read
Namun, kebenaran di balik kasus ini rupanya jauh lebih rumit. Pak De membantah tuduhan tersebut di pengadilan. Ia bahkan mengaku terpaksa mengakui perbuatannya di BAP karena merasa tertekan dan takut akan siksaan. Meski demikian, pengadilan tetap menjatuhkan vonis hukuman seumur hidup padanya.
Yang menarik, Pak De dibebaskan ketika Presiden BJ Habibie berkuasa. Setelah bebas, Pak De tidak menyerah. Ia melakukan Peninjauan Kembali (PK) terhadap kasus tersebut, karena merasa tidak bersalah dan ingin membersihkan namanya. Ia bahkan mengungkapkan kedekatannya dengan Ditje, menyebut mereka seperti keluarga. Menurut Pak De, Ditje sering bercerita kepadanya jika ada masalah. Pada malam kejadian, Pak De mengaku berada di Jalan Haji Husen, Susukan, Pasar Rebo. Pengacaranya, Andar Situmorang, juga menegaskan bahwa jarak antara Susukan ke Jalan Dupa tidak mungkin ditempuh dalam waktu satu jam, mengingat kondisi lalu lintas Cililitan yang selalu macet.
Keterangan ini menimbulkan keraguan besar. Apakah Pak De benar-benar pelaku pembunuhan? Atau ada pihak lain yang lebih bertanggung jawab? Kasus Ditje Budiarsih ini bukan hanya sekadar pembunuhan biasa, tetapi juga cerminan dari kemungkinan adanya rekayasa hukum dan penyidikan yang kurang cermat. Kisah ini mengingatkan kita betapa pentingnya keadilan, terutama bagi korban dan keluarganya.
Hingga saat ini, misteri kematian Ditje Budiarsih masih menyisakan pertanyaan. Kasus ini menjadi pengingat bahwa di balik gemerlap dunia hiburan, tersimpan kisah-kisah kelam yang terkadang sulit diungkap kebenarannya. Kita hanya bisa mengenang Ditje sebagai peragawati berbakat yang meninggal secara tragis, dan berharap suatu hari nanti kebenaran akan terungkap sepenuhnya.