Masyarakat Jawa masih lekat dengan perhitungan weton dan primbon, sebuah warisan budaya yang mengulas berbagai aspek kehidupan berdasarkan hari kelahiran. Salah satu kombinasi weton yang cukup menarik perhatian adalah Sabtu Wage. Konon, mereka yang lahir di hari ini memiliki karakteristik unik, baik dalam pekerjaan, watak, hingga urusan percintaan. Benarkah demikian?
Lakuning Banyu: Antara Dimusuhi dan Gigih Bekerja
Dalam kitab Primbon Betaljemur Adammakna, mereka yang lahir di hari Sabtu diibaratkan lakuning banyu, atau seperti aliran air. Perumpamaan ini memiliki dua sisi mata uang. Di satu sisi, mereka kerap dimusuhi atau ditakuti, mungkin karena karakter mereka yang sulit ditebak dan terkadang keras. Namun, di sisi lain, mereka sangat gigih mencari penghidupan, pekerja keras, dan selalu ingin menyelesaikan segala sesuatunya dengan cepat. Layaknya air yang terus mengalir, mereka tak kenal lelah mencari jalan, beradaptasi dengan berbagai kondisi, dan tak jarang menjelma menjadi kekuatan yang besar.
Ketika dikombinasikan dengan pasaran Wage, karakter tersebut semakin dipertegas. Orang dengan weton Sabtu Wage cenderung pelupa, memiliki watak kaku, dan keras. Mereka bisa menjadi pemarah jika ada hal yang tidak sesuai dengan keinginannya, meskipun kemarahan itu biasanya tidak berlangsung lama. Di balik itu semua, mereka memiliki potensi besar di bidang kepujanggaan seperti menjadi novelis, cerpenis, atau ulama, serta cocok menggeluti bidang pertanian.
Also Read
Tantangan Jodoh: Benarkah Sabtu Wage Sulit Mendapatkan Pasangan?
Perihal percintaan, mitos seputar Sabtu Wage cukup pelik. Dalam masyarakat Jawa, bahkan di luar ranah primbon, ada kepercayaan bahwa orang yang lahir di hari Sabtu Paing sulit mendapatkan jodoh. Hal ini dikarenakan neptu (nilai) dari Sabtu (9) dan Paing (9) yang jika dijumlahkan menjadi 18, nilai tertinggi. Seolah-olah energi yang besar ini membuat mereka sulit menemukan pasangan yang seimbang.
Selain itu, primbon juga memberikan catatan bahwa mereka yang lahir di hari Sabtu sebaiknya tidak mencari jodoh dengan sesama kelahiran Sabtu, Minggu, Selasa, dan Kamis. Ini menjadi semacam rambu-rambu yang harus dipertimbangkan dalam mencari pasangan hidup.
Mitos atau Pengingat?
Memang, semua ini hanyalah mitos dan kepercayaan yang diwariskan dari generasi ke generasi. Namun, di balik itu, kita bisa mengambil hikmah bahwa setiap manusia memiliki karakteristik yang unik dan berbeda-beda. Mitos Sabtu Wage, misalnya, bisa menjadi pengingat bagi mereka yang lahir di hari tersebut untuk lebih berhati-hati dalam bersikap dan mengambil keputusan, terutama dalam urusan percintaan.
Alih-alih menganggapnya sebagai batasan, mitos ini bisa menjadi refleksi diri untuk lebih memahami kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Kita bisa belajar dari karakter lakuning banyu yang gigih dan adaptif, serta mengelola potensi kemarahan dengan bijak. Perihal jodoh, yang terpenting adalah menemukan pasangan yang bisa saling melengkapi, bukan terpaku pada hitungan weton semata.
Pada akhirnya, setiap individu memiliki kebebasan untuk percaya atau tidak pada mitos. Yang terpenting adalah bagaimana kita memaknai hidup, berupaya menjadi pribadi yang lebih baik, dan menemukan kebahagiaan dalam setiap langkah yang kita ambil.