Lagu "Memandangmu" yang dilantunkan Ikke Nurjanah dan Aldi Bragi, bagi sebagian orang, bukan sekadar melodi indah. Lebih dari itu, lagu ini adalah kapsul waktu yang membawa kita kembali ke era 90-an, tepatnya tahun 1998, saat keduanya masih terikat dalam biduk rumah tangga. Dibawah bendera GP Records, lagu ini sempat menjadi hits dan menghiasi tangga lagu di radio dan televisi.
Liriknya yang sederhana namun sarat makna, menggambarkan kerinduan dan keindahan cinta yang mendalam. Bait-bait seperti "Memandangmu walau selalu, tak akan pernah beri jemu di hatiku" seolah menjadi janji setia yang tak lekang oleh waktu. Begitu pula dengan "Menyapamu walau selalu, masih terasa merdu bagai diawal jumpa," yang merepresentasikan bagaimana cinta yang tulus selalu terasa baru dan membahagiakan.
Namun, di balik keindahan lirik dan harmoni vokal keduanya, tersembunyi sebuah cerita yang kemudian menjadi bagian dari sejarah musik Indonesia. Perjalanan rumah tangga Ikke dan Aldi harus berakhir dengan perceraian di tahun 2007. Kenyataan ini membuat lagu "Memandangmu" menjadi lebih dari sekadar lagu cinta, ia menjadi pengingat akan manisnya masa lalu dan pahitnya perpisahan.
Also Read
Mendengarkan kembali lagu ini hari ini, kita seperti diajak untuk merenungkan betapa rapuhnya cinta dan bagaimana waktu dapat mengubah segala sesuatu. Lirik yang dulu terdengar penuh kebahagiaan, kini terasa sedikit getir. Perpaduan suara Ikke yang lembut dengan Aldi yang dalam, seperti merekam sebuah kisah cinta yang indah namun tak bisa bertahan selamanya.
Bagi generasi yang tumbuh besar di era 90-an, "Memandangmu" adalah bagian dari soundtrack hidup mereka. Lagu ini bukan hanya sekadar pengantar tidur atau teman dalam perjalanan, tetapi juga menjadi saksi bisu dari berbagai momen kehidupan. Terlepas dari kisah di balik layar, "Memandangmu" tetaplah sebuah mahakarya yang abadi. Sebuah lagu yang akan terus didengar dan dikenang, tak hanya karena keindahan melodinya, tetapi juga karena cerita yang dibawanya.
Dan bagi generasi yang lebih muda, lagu ini adalah jendela ke masa lalu, sebuah pengingat bahwa setiap lagu punya cerita dan setiap cerita punya makna. "Memandangmu" bukan sekadar lagu nostalgia, ia adalah refleksi tentang cinta, waktu, dan bagaimana keduanya saling berkaitan. Sebuah lagu yang layak untuk didengarkan, direnungkan, dan dihayati, tak hanya sebagai hiburan, tetapi juga sebagai pelajaran tentang kehidupan.