Lagu "One Kiss" yang dinyanyikan Calvin Harris feat Dua Lipa bukan sekadar melodi catchy yang memanjakan telinga. Lebih dari itu, lagu ini adalah representasi kerinduan akan koneksi instan, hasrat yang terpancar dalam sentuhan sederhana, sebuah ciuman. Dirilis pada tahun 2018, lagu ini memang berhasil mencuri perhatian dunia, mencapai ratusan juta penonton di Youtube dan menduduki tangga lagu bergengsi. Namun, apa sebenarnya yang membuat lagu ini begitu melekat di benak pendengar?
Secara musikalitas, "One Kiss" memang memadukan sentuhan tropical house yang soft dengan beat yang mengajak pendengar untuk bergerak. Perpaduan ini menciptakan suasana yang intim, cocok untuk didengarkan saat bersantai atau ketika sedang ingin merenungkan perasaan. Namun, di balik iramanya yang adiktif, tersimpan lirik yang sederhana, namun penuh makna.
Lirik lagu ini berkisah tentang keinginan seseorang untuk membuat orang yang dikaguminya jatuh cinta hanya dengan satu ciuman. Frasa "One Kiss is all it takes" terus diulang, seakan menegaskan kekuatan sentuhan fisik dalam membangun koneksi emosional. Narasi ini, meskipun terdengar sederhana, menyimpan hasrat universal manusia untuk dicintai dan diterima.
Also Read
Lebih dalam lagi, lagu ini juga menyentuh tema kerentanan dan harapan. Lirik "Aku terlihat seperti yang kau butuhkan" memperlihatkan bagaimana karakter dalam lagu ini berharap bahwa dirinya adalah sosok ideal yang dicari oleh orang yang dikaguminya. Di sisi lain, baris "Sesuatu dalam dirimu menerangi surga dalam diriku" menggambarkan bagaimana kehadiran seseorang bisa memberikan dampak yang begitu besar, membangkitkan perasaan bahagia dan bersemangat.
Selain itu, tema tentang malam dan bulan yang sering muncul dalam lirik juga menarik untuk dicermati. "Biarkan aku mencintaimu selagi bulan masih terlihat" menciptakan atmosfer romantis, seolah semua yang terjadi dalam lagu ini terjadi dalam momen yang spesial dan intim. Malam menjadi simbol dari waktu di mana hasrat dan emosi bisa diekspresikan secara bebas.
Dari sudut pandang yang lebih luas, lagu ini bisa dilihat sebagai gambaran dari budaya instan yang meresapi kehidupan kita saat ini. Kita sering kali menginginkan kepuasan instan, termasuk dalam hal percintaan. "One Kiss" seperti menjustifikasi hasrat ini, seolah mengatakan bahwa cinta bisa tumbuh dalam satu sentuhan saja.
Namun, di balik semua kemudahan yang ditawarkan, kita perlu mengingat bahwa cinta membutuhkan lebih dari sekadar ciuman. Hubungan yang langgeng dan bermakna membutuhkan waktu, usaha, dan komitmen. "One Kiss" memang bisa menjadi awal dari sebuah cerita cinta, tetapi bukan akhir dari segalanya.
Pada akhirnya, lagu ini mengajak kita untuk merenungkan tentang makna cinta dan koneksi. Ia menawarkan sebuah fantasi tentang kekuatan ciuman, namun juga membuka ruang untuk refleksi tentang kompleksitas hubungan antarmanusia. "One Kiss" bukan hanya sekadar lagu, ia adalah sebuah cerminan dari keinginan dan hasrat kita, dikemas dalam melodi yang membuat kita ingin terus mendengarkannya.