Lama tak terdengar, nama Panji Gumilang kembali mencuat ke publik. Bukan tanpa sebab, kali ini ia menjadi perbincangan karena mengajak para pengikutnya untuk mengucapkan salam dalam bahasa Ibrani, "havenu shalom aleichem". Ajakan ini sontak menuai beragam reaksi, mengingat rekam jejak kontroversialnya dan polemik yang tak kunjung usai di pondok pesantren Al Zaytun yang ia pimpin.
Ajakan Panji Gumilang ini muncul di tengah sorotan terhadap berbagai kontroversi yang menyelimuti Al Zaytun. Publik masih ingat dengan sejumlah isu yang pernah menerpa pondok pesantren tersebut, mulai dari dugaan penyimpangan ajaran agama, tata cara sholat yang dianggap tidak sesuai sunnah, hingga masalah finansial yang belum terungkap secara jelas. Bahkan, Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun pernah mendatangi Al Zaytun untuk mencari kejelasan, namun belum mendapatkan jawaban memuaskan terkait sumber dana dan aliran yang dianut.
Selain masalah internal Al Zaytun, Panji Gumilang sendiri memiliki catatan kelam. Ia pernah dituduh melakukan pelecehan seksual terhadap mantan pegawainya, serta diduga melakukan penghinaan dan pelecehan kepada para guru di pesantren tersebut. Akibatnya, tak kurang dari 117 guru melayangkan gugatan ke pengadilan, menunjukkan betapa seriusnya masalah yang melibatkan dirinya.
Also Read
Lantas, apa sebenarnya makna di balik "havenu shalom aleichem" yang diucapkan Panji Gumilang? Secara harfiah, kalimat ini berarti "semoga damai sejahtera menyertai Anda." Salam ini lazim digunakan di Timur Tengah dan kerap kali diucapkan dalam bentuk jamak. Mirip dengan "Assalamualaikum" dalam bahasa Arab, "shalom aleichem" juga digunakan untuk menyapa banyak orang, meskipun bisa juga ditujukan kepada satu orang.
Menariknya, "shalom aleichem" juga merupakan nama samaran seorang penulis Yahudi Rusia, Yiddish Sholom Aleichem. Salam ini juga digunakan oleh komunitas Kristen Ortodoks di Timur Tengah, terutama di wilayah Israel, Palestina, Suriah, Libanon, Yordania, Turki, Mesir, Maroko, dan Rusia.
Aksi Panji Gumilang mengajak pengikutnya mengucapkan salam Ibrani ini bisa dilihat dari berbagai perspektif. Di satu sisi, mungkin saja ini adalah upaya untuk menunjukkan inklusivitas dan toleransi antar agama. Namun, di sisi lain, ajakan ini justru semakin memicu kontroversi, mengingat rekam jejak Panji Gumilang yang dipenuhi dengan isu-isu sensitif. Publik tentu bertanya-tanya, apa motif di balik ajakan ini dan ke mana arah yang ingin dituju oleh pemimpin Al Zaytun tersebut?
Kontroversi ini kembali membuka luka lama dan memperpanjang daftar pertanyaan tentang Al Zaytun. Masyarakat berharap ada transparansi dan kejelasan terkait semua isu yang menyelimuti pondok pesantren tersebut. Aksi Panji Gumilang ini pun sekali lagi mengingatkan kita bahwa isu-isu agama, sosial, dan budaya adalah hal yang kompleks dan perlu ditanggapi dengan bijak serta hati-hati.