Episode ketiga serial The Last of Us, berjudul "Long Long Time", menghadirkan dinamika emosional yang kuat, jauh melampaui sekadar kisah perjuangan bertahan hidup di dunia pasca-apokaliptik. Kita diajak menyelami lapisan terdalam dari karakter, bukan hanya Joel dan Ellie, tetapi juga dua tokoh baru yang kisahnya menjadi jantung episode ini: Bill dan Frank.
Adegan awal masih mengikuti Joel dan Ellie yang berduka atas kehilangan Tess. Percakapan singkat mereka mengingatkan kita pada beban yang mereka pikul, bukan hanya soal keselamatan diri, tetapi juga tanggung jawab atas pilihan yang telah diambil. Namun, episode ini dengan cepat beralih ke masa lalu, ke kisah Bill, seorang pria penyendiri yang membangun benteng pertahanan setelah masyarakat dievakuasi.
Di tengah kehancuran peradaban, Bill membangun dunianya sendiri, penuh jebakan dan paranoia. Namun, kedatangan Frank mengubah segalanya. Pertemuan mereka, yang awalnya dipenuhi kecurigaan, perlahan berkembang menjadi hubungan yang hangat dan intim. Kisah cinta mereka di tengah dunia yang brutal adalah oase, sebuah pengingat bahwa harapan dan kebahagiaan masih mungkin ditemukan, bahkan di tempat yang paling tidak terduga.
Also Read
Bill dan Frank menunjukkan sisi lain dari kehidupan pasca-apokaliptik. Mereka tidak hanya berjuang melawan makhluk mengerikan, tetapi juga melawan kesepian dan keputusasaan. Cinta mereka menjadi perisai, memberikan alasan untuk terus hidup dan melindungi satu sama lain. Kita melihat bagaimana Bill yang keras kepala dan tertutup, perlahan membuka hatinya untuk Frank. Di sisi lain, Frank hadir dengan kehangatan dan optimisme, melengkapi kekurangan Bill.
Namun, kebahagiaan mereka tidak abadi. Tragedi tak terhindarkan menghantam, membawa kita kembali ke realitas pahit dunia yang mereka tinggali. Nasib tragis yang menimpa Frank mengingatkan kita bahwa di dunia The Last of Us, kebahagiaan adalah komoditas langka dan rapuh.
Episode ini bukan hanya tentang aksi dan petualangan, tetapi juga tentang kehilangan, cinta, dan pilihan. Bagaimana kita memilih untuk hidup di dunia yang penuh kekerasan dan keputusasaan? Apakah kita memilih untuk mengisolasi diri seperti Bill di awal, atau membuka hati untuk orang lain dan mengambil risiko? Episode "Long Long Time" menawarkan refleksi mendalam tentang pertanyaan-pertanyaan ini.
"Long Long Time" adalah episode yang berani mengambil risiko dengan meninggalkan sejenak fokus utama cerita. Ia berhasil menyentuh sisi emosional penonton, membuat kita berinvestasi pada karakter yang mungkin tidak akan lagi kita temui di episode berikutnya. Kisah Bill dan Frank menjadi pengingat kuat akan kompleksitas manusia, bahkan di tengah kehancuran. Episode ini bukan sekadar jeda, melainkan sebuah babak penting yang memperkaya pemahaman kita tentang dunia dan tema-tema yang diangkat dalam The Last of Us.