Bulan Muharram, bulan yang penuh keberkahan dalam kalender Islam, kembali menyapa kita. Di antara amalan sunah yang sangat dianjurkan adalah puasa Tasua dan Asyura, yang jatuh pada tanggal 9 dan 10 Muharram. Namun, tak jarang pertanyaan muncul di benak umat muslim: bolehkah hanya melaksanakan puasa Asyura tanpa didahului puasa Tasua?
Pertanyaan ini bukan tanpa alasan. Sebagian masyarakat meyakini bahwa kedua puasa tersebut merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Namun, benarkah demikian? Mari kita telaah lebih dalam.
Landasan Hukum dan Pendapat Ulama
Kabar baiknya, syariat Islam memberikan kelonggaran dalam hal ini. Sebagaimana dijelaskan oleh berbagai ulama dan dikonfirmasi oleh lembaga keagamaan terkemuka, melaksanakan puasa Asyura tanpa puasa Tasua adalah sah dan diperbolehkan. Tidak ada kewajiban untuk mengamalkan keduanya secara berurutan.
Also Read
Bahkan, Rasulullah SAW sendiri pun mengisyaratkan hal ini. Beliau memang berniat untuk puasa Tasua jika masih diberikan umur, sebagai pembeda dengan kaum Yahudi yang juga berpuasa pada hari Asyura. Namun, niat tersebut tidak lantas menjadikan puasa Tasua sebagai syarat sahnya puasa Asyura.
Keutamaan dan Hikmah di Balik Puasa Asyura
Puasa Asyura memiliki keutamaan yang sangat besar. Dalam sebuah hadits riwayat Imam Muslim, disebutkan bahwa puasa Asyura dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu. Ini tentu menjadi motivasi kuat bagi umat muslim untuk mengamalkan ibadah sunah ini.
Selain itu, puasa Asyura juga menjadi pengingat akan peristiwa penting dalam sejarah Islam, seperti selamatnya Nabi Musa AS dari kejaran Fir’aun. Ini adalah momentum untuk merenungkan kebesaran Allah SWT dan meneladani kesabaran serta keteguhan para nabi.
Tasua, Penyempurna Amalan
Lalu, bagaimana dengan puasa Tasua? Puasa ini, meskipun tidak seutama puasa Asyura, tetap memiliki nilai ibadah yang besar. Puasa Tasua dipandang sebagai penyempurna bagi puasa Asyura, dengan tujuan membedakan amalan umat Islam dengan amalan umat lain. Ini menunjukkan betapa Islam sangat menganjurkan untuk menghindari penyerupaan dengan agama lain.
Fleksibilitas dalam Beribadah
Penting untuk dipahami bahwa Islam adalah agama yang fleksibel. Tidak semua amalan sunah bersifat wajib dan mengikat. Umat muslim diberikan pilihan untuk mengamalkan sesuai dengan kemampuan dan kondisi masing-masing. Jika seseorang hanya mampu melaksanakan puasa Asyura, itu sudah sangat baik. Begitu pula jika seseorang ingin menyempurnakan dengan puasa Tasua, tentu lebih utama.
Kesimpulan
Puasa Asyura tanpa puasa Tasua adalah sah dan diperbolehkan. Keduanya merupakan amalan sunah yang dianjurkan, tetapi tidak bersifat wajib. Yang terpenting adalah niat ikhlas untuk beribadah kepada Allah SWT dan mengharap ridho-Nya. Mari manfaatkan momentum Muharram ini untuk meningkatkan kualitas ibadah dan meraih keberkahan dari-Nya.