Lagu "Roman Picisan" dari Dewa 19, yang lahir dari tangan dingin Ahmad Dhani pada tahun 1997, bukan sekadar melodi yang mudah diingat. Lebih dari itu, lagu ini adalah sebuah kapsul waktu yang menyimpan gejolak perasaan cinta yang tak terucap. Di tengah hingar bingar musik rock Indonesia saat itu, "Roman Picisan" hadir dengan nuansa melankolis yang menyentuh relung hati. Bukan tentang kegagalan cinta yang dramatis, melainkan tentang kerinduan yang terpendam, sebuah kisah cinta yang hanya bisa bersemi dalam kesunyian.
"Yang ada hanya sekuntum rindu" adalah sebuah pengakuan sederhana namun mendalam. Rindu dalam konteks ini bukan lagi sekadar rasa ingin bertemu, tetapi lebih kepada sebuah perasaan utuh yang terbungkus dalam keterbatasan. Rindu yang hanya bisa dinikmati dalam kesendirian, dalam bayangan-bayangan tentang sosok yang dicintai. Frasa ini merangkum inti dari lagu ini: sebuah cinta yang hadir sebagai misteri, tak berani diungkapkan, namun terasa begitu nyata di dalam hati.
Larik "Malam-malamku bagai malam seribu bintang" adalah metafora indah yang menggambarkan keindahan sekaligus kesepian dalam kerinduan. Bintang di langit malam yang begitu banyak, mewakili betapa berlimpahnya perasaan cinta yang dirasakan. Namun, gemerlap bintang-bintang itu juga sekaligus menjadi pengingat akan kesendirian yang menyelimuti malam-malamnya. Kehadiran sosok yang dicintai, yang diungkapkan dalam "bila kau disini," menjadi satu-satunya hal yang bisa melengkapi keindahan malam itu. Jika tidak, bintang-bintang yang gemerlap hanya menjadi saksi bisu dari kerinduan yang tak berujung.
Also Read
"Yang s’lalu tersaji di satu sisi hati" adalah penegasan bahwa cinta ini bukanlah sekadar perasaan sesaat. Cinta itu telah menjadi bagian tak terpisahkan dari dirinya, sebuah entitas yang hidup dan tumbuh di dalam hati. Istilah "satu sisi hati" bisa diinterpretasikan sebagai sebuah bentuk cinta yang tulus, tanpa pamrih, yang tidak menuntut balasan. Cinta yang cukup dengan keberadaannya, meskipun hanya dalam diam.
Lagu ini tidak hanya menarik karena liriknya yang puitis, tetapi juga karena relevansinya hingga saat ini. Banyak dari kita yang pernah merasakan cinta yang tak tersampaikan, cinta yang hanya bisa dipendam dalam hati. "Roman Picisan" menjadi pengingat bahwa cinta tidak selalu harus diungkapkan dengan kata-kata. Terkadang, keindahan cinta justru terletak pada kerinduan yang tak berkesudahan, pada perasaan yang terasa begitu dalam meskipun tak pernah terucap. Lagu ini, dengan segala kesederhanaannya, berhasil mengabadikan salah satu fase emosional yang paling universal: cinta yang terpendam.