Sadiq Khan, nama yang tak asing di kancah politik Inggris, kembali mencetak sejarah dengan terpilihnya ia untuk ketiga kalinya sebagai Wali Kota London. Bukan hanya sekadar memimpin ibu kota Inggris, perjalanan hidup Khan adalah kisah inspiratif tentang perjuangan, inklusivitas, dan keteguhan di tengah gelombang kontroversi.
Lahir di London, Berakar di Pakistan
Khan lahir di Tooting, London Selatan, sebagai anak kelima dari delapan bersaudara. Latar belakang keluarganya adalah cerminan masyarakat multikultural London. Kakeknya adalah imigran dari India yang kemudian pindah ke Pakistan, sementara orang tuanya bermigrasi ke Inggris sebelum kelahirannya. Ayahnya, seorang sopir bus selama lebih dari 25 tahun, dan ibunya, seorang penjahit, menanamkan nilai-nilai kerja keras dan ketahanan pada diri Khan.
Pendidikan Khan di Universitas London Utara menjadi fondasi bagi karir profesionalnya sebagai seorang solicitor dengan spesialisasi hak asasi manusia. Pernikahannya dengan Saadiya Ahmed, seorang solicitor juga, semakin memperkuat fondasi keluarga mereka, yang kemudian dikaruniai dua anak perempuan.
Also Read
Merambah Politik, Memecah Batas
Perjalanan Khan di dunia politik dimulai sebagai kanselir di London Borough of Wandsworth selama lebih dari satu dekade. Ia terus menanjak hingga menjabat sebagai Menteri Negara untuk Komunitas dan kemudian menangani portofolio transportasi di pemerintahan Gordon Brown. Namun, tonggak sejarah terbesar dalam karirnya adalah ketika ia terpilih sebagai Wali Kota London pada tahun 2016.
Menjadi Muslim pertama dan figur non-kulit putih pertama yang memimpin London, Khan tidak hanya memecahkan batas, tetapi juga menjadi simbol harapan dan representasi bagi kelompok minoritas di Inggris. Ia membawa angin segar dengan visi inklusif dan progresif bagi kota yang dipimpinnya.
Antara Dukungan dan Ancaman
Kepemimpinan Khan tidak lepas dari pro dan kontra. Ia dicap sebagai "demokrat sosial" di dalam Partai Buruh, dengan pandangan politik yang dianggap berada di tengah-tengah spektrum kiri. Namun, sikapnya yang mendukung undang-undang pernikahan sesama jenis justru memicu ancaman pembunuhan, bahkan fatwa dari seorang imam yang mencabut keislamannya. Kelompok ekstrem kanan seperti Britain First juga tak segan mengancam keselamatan Khan.
Meski begitu, Khan tetap teguh pada prinsipnya. Ia membuktikan bahwa politik yang inklusif membutuhkan keberanian untuk membela nilai-nilai keadilan dan kesetaraan, sekalipun harus menghadapi gelombang penolakan dan ancaman.
Terpilih Ketiga Kalinya: Bukti Kepercayaan Warga London
Terpilihnya Sadiq Khan untuk ketiga kalinya sebagai Wali Kota London bukan hanya kemenangan politik pribadi, tetapi juga sebuah pernyataan yang kuat tentang kepercayaan warga London. Ia berhasil mengungguli kandidat dari Partai Konservatif, Susan Hall, dalam pemilihan lokal. Ini membuktikan bahwa visi inklusif dan komitmennya untuk membangun kota yang lebih baik bagi semua lapisan masyarakat telah mendapat dukungan luas.
Khan sendiri mengungkapkan rasa terhormatnya atas terpilihnya kembali dan menegaskan komitmennya untuk terus memimpin London dengan dedikasi dan integritas. Perjalanan panjangnya, dari seorang anak imigran hingga menjadi pemimpin ibu kota Inggris, adalah kisah inspiratif tentang perjuangan, ketahanan, dan harapan. Kisah yang akan terus bergema, tidak hanya di London, tetapi juga di seluruh dunia.