Bulan Ramadan seringkali menghadirkan pertanyaan seputar ibadah, termasuk soal tata cara bersuci sebelum berpuasa. Salah satu yang kerap membingungkan adalah, manakah yang lebih utama: sahur dulu baru mandi wajib, atau sebaliknya? Kondisi ini umumnya dialami oleh mereka yang mengalami hadas besar seperti mimpi basah atau usai berhubungan suami istri di malam hari.
Pertanyaan ini memang cukup krusial. Pasalnya, mandi wajib atau mandi junub adalah ritual penting bagi umat Muslim untuk membersihkan diri dari hadas besar. Sementara, sahur merupakan sunah yang sangat dianjurkan sebagai bekal energi untuk berpuasa seharian penuh. Lantas, bagaimana Islam mengatur hal ini?
Prioritas Berdasarkan Waktu:
Para ulama sepakat bahwa tidak ada larangan mutlak untuk sahur sebelum mandi wajib. Namun, mereka memberikan panduan berdasarkan waktu yang tersedia. Jika waktu sahur sudah sangat mepet, maka didahulukan sahur. Hal ini karena menyegerakan sahur adalah sunnah yang sangat dianjurkan dan jangan sampai ibadah puasa terlewat karena terlalu lama mandi wajib.
Also Read
Sebaliknya, jika waktu sahur masih panjang, maka dianjurkan untuk mandi junub terlebih dahulu. Dengan demikian, ibadah puasa akan diawali dengan kondisi suci dari hadas besar. Ini adalah bentuk penghormatan terhadap ibadah puasa itu sendiri.
Analogi Makan dan Minum dalam Kondisi Junub:
Sebuah hadis yang dikutip oleh Syekh Ibnu Hajar Al-Hitami memberikan perspektif lebih dalam. Hadis tersebut menyatakan bahwa seorang yang junub makruh makan, minum, tidur, dan berhubungan badan sebelum membasuh kemaluan dan berwudhu. Namun, analogi yang menarik adalah tentang makan dan minum. Jika dalam kondisi junub, kita makruh makan dan minum, maka lebih baik lagi jika beribadah puasa dalam kondisi suci.
Meski demikian, bukan berarti batal puasa jika sahur dalam keadaan belum mandi wajib. Kondisi junub tidak membatalkan puasa, hanya saja kurang utama jika tidak diawali dengan bersuci.
Niat Mandi Wajib yang Benar:
Sama seperti ibadah lainnya, mandi wajib juga memerlukan niat. Berikut adalah niat mandi wajib yang bisa dilafalkan:
“Nawaitu ghusla li raf’il hadatsil akbari fardhan lillahi ta’ala.”
Artinya: “Aku berniat mandi besar untuk menghilangkan hadas besar fardhu karena Allah ta’aala.”
Insight Baru:
Penting untuk memahami bahwa fleksibilitas dalam syariat Islam sangatlah tinggi. Agama tidak mempersulit umatnya, melainkan memberikan panduan yang bijaksana. Soal urutan sahur dan mandi wajib ini adalah salah satu contohnya.
Tidak ada dosa jika seseorang terpaksa sahur dulu karena keterbatasan waktu. Namun, sebisa mungkin, usahakan untuk menjaga kesucian diri sebelum memulai ibadah puasa agar lebih afdal. Hal terpenting adalah bagaimana kita tetap fokus pada niat berpuasa dan ibadah-ibadah lainnya di bulan Ramadan.
Kesimpulan:
Jadi, tidak ada jawaban tunggal yang mutlak tentang mana yang harus didahulukan. Semuanya tergantung pada kondisi dan waktu yang tersedia. Jika waktu mepet, sahur dulu. Jika masih longgar, mandi wajib dulu. Yang terpenting, jangan sampai melupakan ibadah puasa dan tetap berupaya menjaga kesucian diri. Semoga kita semua dapat menjalankan ibadah Ramadan dengan penuh khusyuk dan keberkahan.