Fenomena musik di platform TikTok kembali memunculkan tren baru, kali ini dengan lagu berjudul "Sikok Bagi Duo". Lagu yang berasal dari Palembang, Sumatera Selatan ini mendadak viral sejak Juli 2022, menarik perhatian warganet dengan irama yang catchy dan mudah diingat. Tak heran, banyak pengguna TikTok yang membuat konten dance challenge dengan lagu ini. Namun, di balik popularitasnya, tersembunyi kontroversi mengenai makna lirik yang mengarah pada ajakan penggunaan narkoba.
Lirik "Sikok Bagi Duo" yang berarti "satu bagi dua" secara repetitif dinyanyikan dalam lagu ini. Lirik lainnya seperti "tidak naik juga kita teken sama-sama" serta "tembak di atas bawah basah" memicu interpretasi yang meresahkan. Frasa tersebut dinilai memiliki konotasi penggunaan narkoba, di mana "teken" dan "tembak" diasosiasikan dengan proses konsumsi zat adiktif. Kontroversi ini memunculkan kekhawatiran di kalangan masyarakat, terutama orang tua, mengenai potensi pengaruh buruk lagu ini pada generasi muda.
Popularitas "Sikok Bagi Duo" menunjukkan bagaimana sebuah lagu, bahkan dengan lirik sederhana, dapat dengan mudah menyebar dan mempengaruhi tren di kalangan pengguna media sosial. Musik dengan irama yang menarik memang sangat mudah diterima, namun penting untuk mencermati pesan yang terkandung di dalamnya. Terlebih lagi, dengan algoritma platform yang terus mendorong konten viral, lagu-lagu seperti ini bisa dengan cepat menjangkau audiens yang luas, termasuk anak-anak dan remaja yang rentan terhadap pengaruh negatif.
Also Read
Perlu adanya edukasi dan kesadaran yang lebih besar mengenai dampak negatif narkoba, terutama di tengah gencarnya tren media sosial. Masyarakat, khususnya generasi muda, perlu didorong untuk lebih selektif dalam memilih konten yang dikonsumsi, serta lebih kritis dalam menafsirkan makna sebuah lagu. Selain itu, peran orang tua dan pendidik juga sangat krusial dalam memberikan pemahaman yang benar mengenai bahaya narkoba, serta membantu mereka memahami konten yang mereka lihat di media sosial.
Di sisi lain, fenomena ini juga bisa menjadi pengingat bagi para pencipta lagu untuk lebih bertanggung jawab dalam membuat karya. Lirik lagu tidak hanya sekadar rangkaian kata, tetapi juga memiliki kekuatan untuk membentuk persepsi dan mempengaruhi perilaku. Oleh karena itu, penting untuk selalu mempertimbangkan dampak dari pesan yang disampaikan melalui musik, terutama di era digital di mana musik sangat mudah diakses dan didengarkan.
Kasus "Sikok Bagi Duo" seharusnya menjadi pembelajaran bagi kita semua. Di tengah hiruk pikuk tren media sosial, kita perlu tetap kritis dan bijak dalam mengonsumsi konten. Jangan sampai terbawa arus, apalagi jika konten tersebut dapat membawa pengaruh buruk bagi diri kita dan orang lain.