Kembalinya nama Sivakorn Pu-udom sebagai asisten wasit VAR dalam laga perebutan tempat ketiga Piala Asia U-23 antara Indonesia dan Irak pada Kamis (2/5) malam ini sontak memicu kekhawatiran di kalangan suporter sepak bola Tanah Air. Trauma akibat keputusan kontroversialnya di laga Indonesia vs Qatar masih membekas, menjadikan penugasan ini kembali mengundang perhatian publik.
Sivakorn, wasit asal Thailand kelahiran 26 November 1987, bukanlah sosok baru di dunia perwasitan. Terdaftar sebagai wasit resmi FIFA sejak 2013, ia telah mengantongi pengalaman memimpin 275 pertandingan di berbagai level, mulai dari kompetisi domestik hingga internasional. Catatan statistiknya menunjukkan ia cukup tegas dalam mengambil keputusan, dengan torehan 1138 kartu kuning, 25 kartu kuning kedua, 29 kartu merah, dan 80 penalti sepanjang karirnya.
Namun, bukan catatan panjang pengalamannya yang kini menjadi sorotan, melainkan sederet keputusan kontroversialnya selama Piala Asia U-23 2024. Insiden yang paling diingat tentu saja saat ia mengesahkan gol Mohammad Al-Manai di menit ke-90+14 dalam laga Qatar vs Yordania, melewati batas waktu tambahan yang diberikan. Lebih parah lagi, keputusannya saat menjadi wasit VAR di laga pembuka Indonesia vs Qatar turut memicu perdebatan. Dua kartu merah dan satu hadiah penalti yang diberikan dianggap merugikan Timnas Indonesia.
Also Read
Pengusiran Ivar Jenner menjadi salah satu keputusan yang paling disorot, dimana tayangan ulang minim kontak justru mengindikasikan keputusan yang keliru. Tak sampai di situ, dalam laga melawan Uzbekistan, keputusan Sivakorn membatalkan tendangan bebas bagi Indonesia dan menganulir gol Muhammad Ferrari karena dianggap offside setelah melihat VAR kembali memicu tanda tanya besar.
Penugasan Sivakorn di laga krusial melawan Irak jelas bukan tanpa alasan. AFC, sebagai otoritas sepak bola Asia, tentu memiliki pertimbangan matang dalam menunjuk seorang wasit. Namun, keputusan ini seolah membuka kembali luka lama yang masih terasa segar bagi para pendukung Timnas Indonesia. Kekhawatiran akan potensi keputusan kontroversial yang bisa merugikan Garuda Muda jelas beralasan.
Pertandingan melawan Irak bukan sekadar perebutan tempat ketiga, tapi juga penentu asa lolos ke Olimpiade Paris 2024. Kualitas kepemimpinan wasit, khususnya VAR, akan sangat menentukan jalannya pertandingan. Publik berharap, Sivakorn Pu-Udom dapat memimpin pertandingan dengan bijak dan adil, tanpa memihak dan tanpa terpengaruh oleh kejadian di masa lalu. Kemenangan Garuda Muda, kini, tidak hanya bergantung pada strategi dan performa di lapangan, tetapi juga pada integritas wasit yang memimpin pertandingan. Peran Sivakorn, sekali lagi, akan menjadi sorotan utama dalam laga penting ini.